Aku jatuh cinta padanya. Sejak pertama bertemu. Sejak kami berjabat tangan. Sejak dia memperkenalkan diri sebagai Raja, bos baruku. Wajahnya yang rupawan dan tubuhnya yang atletis sering singgah dalam mimpiku. Dia lebih muda dari bos ku terdahulu. Tiga puluh delapan tahun. Muda dan sukses. Idaman banyak wanita.
Aku jatuh cinta padanya. Aku giat bekerja agar mendapat pujiannya. Serasa melayang ke angkasa jika dia memuji hasil kerjaku. Cukup dia memujiku saja sudah membuatku bahagia dan tergila-gila.
Aku jatuh cinta padanya. Bos baruku yang sudah punya istri dan dua orang anak. Bos baruku yang sempurna. Sukses dalam karir dan keluarga. Aku tidak peduli dengan statusnya, pokoknya aku jatuh cinta padanya. Aku tidak peduli jika suatu saat nanti orang tahu tentang perasaanku dan mencaciku. Aku tidak peduli jika nanti keluarga bahagianya jadi hancur. Pokoknya aku jatuh cinta padanya.
Aku jatuh cinta padanya. Bos baruku. Aku tahu, aku tidak tahu diri, aku tahu. Tapi aku sudah terlanjur cinta, dan cintaku sudah sangat dalam kepadanya. Aku sudah tak mampumemendamnya. Harus segera kuungkapkan padanya.
“Kamu gila! Mana mungkin kau jatuh cinta padaku!” dia berteriak keras penuh emosi. Aku sedih dan merasa terbuang. Dia membelakangiku sambil tetap mengeluarkan kata-kata kasar tertuju padaku. Aku sedih. Aku marah. Kuraih vas bunga di depanku dan kupukul kepalanya dari belakang. Dia jatuh. Darah segar keluar deras dari kepalanya. Aku bingung. Aku takut. Aku sedih. Aku tidak tahu harus bagaimana.
***
BERITA PAGI INI.
Seorang karyawan bernama Doni membunuh atasannya, Raja. Belum diketahui motif pembunuhan tersebut…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H