Mohon tunggu...
Noveoli Noor Haliza
Noveoli Noor Haliza Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia

Menulis untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dinamika Kritik Sosial dalam Karya Sastra: Refleksi atas Drama "RT 0 RW 0" Karya Iwan Simatupang

21 Desember 2023   00:56 Diperbarui: 21 Desember 2023   00:59 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh: Noveoli Noor Haliza

Dalam lintasan perjalanan sejarah manusia, suara-suara kritis telah menjadi nyanyian keberanian yang menggema melalui karya-karya intelektual yang mempersembahkan perjalanan mendalam menuju kritik sosial, sebuah eksplorasi tak terhindarkan dalam mengurai warna-warna masyarakat yang kompleks dan penuh kontradiksi. Kritik sosial tidak sekadar menjadi sorotan sinis terhadap ketidak sempurnaan dunia, tetapi merupakan panggilan batin untuk memahami, meresapi, dan merespons dinamika sosial. Dengan menelusuri kisah-kisah masyarakat dalam karya seni, kita memasuki arena di mana pena adalah pedang yang memotret realitas dan menyuguhkannya kepada kita dengan cara yang tidak dapat dielakkan.

Dalam dunia sastra khususnya dalam karya sastra drama, terdapat kekuatan yang mampu menggoyahkan panggung sosial. Sastra menjadi cermin yang mencerminkan realitas kita, melalui sorotan tajam ini penulis drama merangkai narasi yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memanggil kita untuk merenung tentang tatanan sosial yang mungkin terabaikan. Kritik sosial dalam drama dapat terwujud melalui karakter-karakter yang dihadirkan. Mereka adalah arang yang menyala-nyala, menggambarkan kelas, kebijakan, dan ketidakadilan yang kadang terabaikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penjelajahan ini, kita akan melihat bagaimana setiap dialog, gestur, dan keputusan karakter menciptakan dentuman kritik yang membangunkan kesadaran sosial. 

Salah satu contoh karya sastra yang mengangkat tentang isu kritik sosial terdapat dalam Drama "RT 0 RW 0" karya Iwan Simatupang yang menceritakan bagaimana sekumpulan orang yang tinggal di kolong jembatan, hidup terlilit kemiskinan dan kesengsaraan, mereka berjuang untuk bertahan hidup serta mencari status sosial dalam masyarakat. Iwan Simatupang sendiri merupakan seorang sastrawan Indonesia yang lahir pada tanggal 6 Agustus 1928 di Padang, Sumatera Barat, dan meninggal pada 16 Agustus 1970. Ia dikenal sebagai penulis dan intelektual yang aktif pada masa awal pembentukan identitas kebangsaan Indonesia. Iwan Simatupang tidak hanya dikenal melalui karyanya dalam dunia sastra, tetapi juga melalui kontribusinya sebagai politisi dan diplomat.

Gaya penulisan Iwan Simatupang dalam drama “RT 0 RW 0” mencerminkan pemikiran kritis terhadap berbagai aspek kehidupan sosial dan politik. Meskipun meninggal pada usia yang relatif muda, warisannya tetap berpengaruh dalam perkembangan sastra Indonesia. Drama ini menciptakan sebuah panggung dengan memperlihatkan kehidupan di dalam kompleksitas perkotaan, menjelajahi dinamika sosial yang sering kali terabaikan. Melalui narasi yang tajam, drama ini memberikan kritik sosial yang mendalam terhadap sejumlah aspek masyarakat urban, membuka mata kita terhadap ketidaksetaraan, ketidakadilan, dan konflik yang merayap di antara lapisan-lapisan masyarakat. 

Dalam drama "Rt 0 Rw 0" terdapat sejumlah tokoh yang memainkan peran penting dalam menggambarkan dinamika kehidupan masyarakat. Tokoh kakek merupakan seorang mantan selasi kapal yang sudah lama tinggal di bawah jempatan dengan beralaskan kardus, sebagai orang paling tua kakek mempunyai karakter bijak yang selalu menjadi penengah serta selalu memberikan solusi atas setiap masalah. Ani dan Ina merupakan pekerja seks komersial dimana mereka mencari pelanggan lewat tukang becak sebagai perantaranya, mereka berjuang untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, walaupun sebenarnya apa yang mereka ingankan cukup sederhana yakni bisa makan enak setiap harinya dan bisa mendapatlkan tempat tinggal layak. Si Pincang dengan kekurangannya tetapi memiliki rasa peduli yang tinggi dan pandai berargumen. Begitu juga si pecak sesuai dengn keadaan fisiknya ia memperjuangkan untuk mencari pekerjaan yang layak dan memperjuangkan cita-citanya menjadi seorang selasi kapal.

Di setiap peristiwa atau kejadian tokoh juga berfungsi sebagai pembentuk bahkan pencipta alur cerita. Alur pada naskah drama RT 0 RW 0 karya Iwan Simatupang menggunakan alur maju yang terbagi menjadi lima reka adegan:

Adegan I, merupakan tahap penyituasian naskah drama, dimulai dari pendeskripsian tempat dan pengenalan tokoh.

KOLONG SUATU JEMBATAN UKURAN SEDANG, DI SUATU KOTA BESAR. PEMANDANGAN BIASA DARI SUATU PEMUKIMAN KAUM GELANDANGAN. LEWAT SENJA. TIKAR-TIKAR ROBEK. PAPAN-PAPAN. PERABOT-PERABOT BEKAS RUSAK. KALENG-KALENG MENTEGA DAN SUSU KOSONG. LAMPU-LAMPU TOMPLOK.

DUA TUNGKU, BERAPI. DI ATASNYA KALENG MENTEGA, DENGAN ISI BERASAP. SI PINCANG MENUNGGUI JONGKOK TUNGKU YANG SATU, YANG SATU LAGI DITUNGGUI OLEH KAKEK. ANI DAN INA, DALAM KAIN TERLILIT TIDAK RAPIH, DAN KUTANG BERWARNA, ASYIK DANDAN DENGAN MASING-MASING DI TANGANNYA SEBUAH CERMIN RETAK. SEKALI-KALI KEDENGARAN SUARA GEMURUH DI ATAS JEMBATAN, TANDA KENDARAAN BERAT LEWAT. SUARA GEMURUH LAGI.

. . . .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun