Setelah resmi rilis di Youtube tepatnya pada tanggal 6 September 2018 lalu, trailer film A Man Called Ahok kini menempati trending nomor 9 yang diperkirakan masih berpeluang untuk naik lagi. Sempat membuat ramai warganet dan beberapa kalangan saat awal rilis, tentunya film ini mendapat beragam respon dari netizen mulai dari yang pro hingga kontra. Pasalnya ditengah musim kontestasi politik, film ini sempat memunculkan beberapa presepsi dan opini yang mengarah pada pemilu 2019. Berbagai ekspektasi dari masyarakat pun bemacan-macam.
Persepsi Awal Mengenai Trailer " A Man Called Ahok "
Saat pertama kali tahu akan ada film ini, ekspektasi awal saya mengarah tidak jauh dari isu politik, atau lebih tepatnya mengenai karir politik beliau. Kenapa?
Pertama, film ini dirilis saat atsmofer kontestasi politik sedang panas dimana kubu oposisi pemerintah juga memiliki film yang mengangkat tentang peristiwa demo umat muslim atau yang lebih kita kenal dengan peristiwa 212. Saya rasa ini merupakan sebuah kewajaran ketika setiap hal yang berkaitan dengan Pak Ahok selalu dikaitkan dengan fenomena tersebut, terlebih sosoknya memiliki hubungan dekat terhadap Pak Jokowi ( kubu petahana). Sosoknya yang kontroversial memang selalu mengundang perhatian publik, bahkan saat dibalik jerujipun beliau masih menjadi buah bibir dikalangan elit politik.
Sehingga pada akhirnya wajar jika muncul persepsi bahwasanya film ini ditujukan sebagai jembatan untuk memberikan nilai positif pada nama Ahok yang mana saat itu namanya sempat jatuh dimata sebagian masyarakat akibat kasus penistaan agama yang menjeratnya.
Kedua, kemungkinan untuk mengarah pada political marketing? Bukan rahasia umun pula jika sosok Ahok merupakan tokoh birokrat dari golongan minoritas yang sukses memberi perubahan besar pada Ibu Kota. Kebijakan yang terbilang berani kerap menuai kritik pedas dari lawan politik, hingga prinsip tehas beliau terhadap bobroknya  sistem birokrasi. Tentunya sangat disayangkan apabila karir seorang Ahok harus berakhir setelah mendekam dibalik jeruji besi.
Oleh sebab itu tidak aneh jika muncul pemikiran bahwa ini merupakan salah satu strategi guna menguatkan kembali penokohan karakter beliau pada masyarakat agar tidak tenggelam dari hura-hura politik, dengan tujuan menyelamatkan karir politiknya.
" Faktanya "
Video berdurasi 2 menit 27 detik yang di sutradarai oleh oleh Putrama Tuta berdasarkan buku A man called #Ahok: sepenggal kisah perjuangan & ketulusan karya Rudi Valinka yang mengisahkan kisah hidup Basuki Tjahaja Purnama muda atau Ahok di Belitung Timur ini sepenuhnya bercerita tentang hubungan seorang Ayah dan anak serta perannya dalam membentuk karakter sang anak.
Tokoh Ahok yang diperankan oleh VJ Daniel terbilang sangat sempurna dalam menjiwai karakter beliau, mulai dari bahasa tubuh, gaya bicara, hingga suara yang terdengar sangat mirip dengan aslinya saat marah maupun dalam mempertegas ucapannya. Ditambah dengan kuatnya karakter Kim Nam ( ayah) Â yang diperankan oleh Deni Sumargo ( Kim Nam Muda) Â dan Chew Kin Ah. Â Dialog-dialog yang simple dengan khas logat Melayu Belitung menjadikan film ini seperti memiliki nuansa berbeda, penjiwaan setiap tokoh di setiap cuplikan trailer menggambarkan bahwasanya mereka dapst menyatu dengan karakter-karakter tersebut.
Film yang hampir keseluruhan berlatar di Belitung ini memang secara murni menceritakan tentang terbentuknya karakter sosok Ahok, birokrat yang berasal daei golongan minoritas.