Salah satu fase penting dalam kehidupan adalah bekerja. Bekerja yang tentunya untuk kelangsungan hidup. Salah satu pilihan dalam bekerja adalah bekerja di perkebunan utamanya perkebunan sawit. Perkebunan sawit menjadi pilihan sebab menawarkan gaji yang relatif lebih tinggi dibandingkan pekerjaan sejenis di kota (utamanya Jawa). Perkebunan sawit akan semakin berkembang seiring meningkatkanya kebutuhan CPO maupun produk turunan kelapa sawit lainnya. Ekspansi perkebunan kelapa sawit pun dilakukan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, juga Papua.
Seiring pertambahan penduduk makan permintaan akan produk kelapa sawit semakin tinggi. Hal ditangkap oleh pengusaha untuk memperluas usaha perkebunan yang disisi lain berdampak pada kebutuhan tenaga kerja, baik tenaga kerja level ekspatriat, pimpinan, staf, dan buruh. Ada beberapa hal yang perlu diketahui bagi mereka yang ingin berkarir di perkebunan sawit:
Umumnya sebelum tahap bekerja dilakukan test penyaringan tenaga kerja. Test biasanya meliputi test psikologi, wawancara, dan kesehatan. Selain itu penting juga untuk mengetahui apakah terjadi penahan ijasah atau tidak. Sebagian perusahaan menahan ijasah ketika masuk kerja hingga selesai masa ikatan dinas. Apabila keluar (resign) sebelum ikatan dinas selesai maka dikenakan penalty untuk membebaskan ijasah yang ditahan.
Training adalah tahap penting ketika bekerja. Biasanya yang menjadi pertanyaan fresh graduate adalah bagaimana bentuk training. Umumnya training dilakukan dengan semi militer selama beberapa hari. Training militer benar-benar akan membuat mental dan fisik trainee ditempa. Perusahaan yang dulu pernah saya masuki tidak ada training yang pakai militer-militeran.
Gaji merupakan pertimbangan utama dalam bekerja. Yang perlu diketahui adalag gaji yang diterima bersih atau kotor. Maksudnya bersih ya gaji yang diberikan ‘cuma’ dipotong jamsostek dan pajak. Sedangkan gaji kotor adalah gaji yang termasuk di dalamnya uang bensin, uang makan, dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan ketika presentasi perusahaan mengenai kenaikan gaji tiap berapa waktu. Ada juga tunjangan kesusahan, yaitu tunjangan yang diberikan kepada pekerja yang ditempatkan didaerah yang ‘lebih pelosok’. Selain gaji biasanya tiap tahun ada bonus, yang tentunya nilainya lebih besar daripada gaji yang diterima tiap bulannya.
Jenjang kerja juga perlu untuk diketahui. Misalnya dari level aslap, askep, estate manager, senior estate manager, dan seterusnya. Nah coba tanyakan ketika presentasi berapa lama waktu yang diperlukan untuk ‘naik level’.
Jam kerja merupakan waktu dimana kita diwajibkan untuk bekerja. Yang pernah saya alami kerja dari pukul 05.00-17.00 (istirahat jam 12.00-13.30) terkadang masih ada lembur dan yang bikin kecewa adalah tidak adanya tambahan uang lembur (dituntut loyalitas).
Terkait fasilitas perusahaan yang wajar kita dapatkan adalah kendaraan dan rumah. Selain itu perlu juga tempat ibadah sebagai penunjang akan kebutuhan ruhani. Berhubung kebanyakan perkebunan berada di ‘pelosok’ ada perusahaan yang menyediakan club house, GOR, atm, bahkan minimarket.
Bekerja di perkebunan godaan yang utama adalah rasa bosan. Meskipun disitu disediakan sarana hiburan tetap saja rasa bosan akan senantiasa menghinggapi. Pintar-pintar lah untuk melawan rasa bosan. Misalnya memperbanyak bergaul dengan sesame staf maupun karyawan. Bisa juga berkomunikasi dengan orang dekat di luar kebun (asalkan ada sinyal). Dapat juga membawa laptop yang sudah diisi dengan berbagai hiburan.
Penting juga untuk menyiasati nutrisi hati. Tidak cukup dengan hanya beribadah tetapi juga siraman-siraman rohani. Sebab di kebun itu godaanya banyak: mulai dari minum, narkoba, juga seks. Nah itu semua tergantung seberapa besar kuat iman kita dan ingat iman itu kadang naik kadang turun. Untuk itu penting sekali nutrisi hati lewat siraman rohani.
Terakhir, ketika akan menandatangani Perjanjian Kerja maka bacalah dengan baik-baik klausul-klausul (poin-poin). Bila ada yang membingungkan segera tanyakan. Bila ada yang tidak cocok tinggalkan saja tidak usah ditandatangani. Ingat bahwa perjanjuan kerja harus ditandatangani sebelum keberangkatan. Jangan sampai apa yang saya alami terjadi, Perjanjian Kerja ditandatangani ketika training sudah berjalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H