Mohon tunggu...
Maria Novena
Maria Novena Mohon Tunggu... -

act like human.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membunuh Waktu Luang

11 Mei 2011   06:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:51 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Keramahan selalu terpancar dan mengutamakan kepuasan untuk para pembeli yang datang. Tak kunjung habis kesabaran dalam melayani dan menunggu setiap kedatangan pembeli setianya. Demikianlah keseharian Rina dalam mengisi waktunya.

Berawal dari memilih untuk menjadi pensiun dini, perempuan paruh baya, Katharina berniat untuk membuka usaha warung makan untuk mengisi waktu luangnya. Makanan yang dijajakan membuat para pembeli ketagihan untuk mampir atau bahkan memesan untuk acara-acara tertentu. Rendang adalah salah satu masakan anadalan warung ini, menu yang tidak pernah absen sejak awal dibuka warung sampai sekarang.

Tempat sederhana dengan luas kurang lebih 40meter persegidi daerah Jalan Magelang KM 10 ini menjadi sasaran utama para pekerja untuk melepas peluh dan mengisi kekosongan perut. Cempaka Ayu, warung makan dengan berbagai menu masakan rumah sangat dinikmati masyarakat di daerah Tridadi. Bersama dua orang pegawainya yaitu Tuti dan Yani, Rina melayani dan menyiapkan perlengkapan di warung setiap harinya.

Memberi rejeki pada yang lain. Tidak segan-segan bagi ibu mantan pegawai negeri ini mengajak tetangga-tetangganya yang ibu rumah tangga untuk bekerja bersamanya. Hal ini dilakukannya ketika pesanan makanan membanjir untuk acara-acara tertentu. Saling menghargai dan saling memahami kebutuhan rekan-rekannya menjadikan Rina didukung penuh oleh tetangga-tetangganya.

Tidak terbatas siapa yang datang ke tempat itu. Berbagai profesi berdatangan untuk mencobai masakan Rina hingga menjadi langganan tetap setiap harinya. Mulai dari buruh bangunan, tukang koran, hingga sampai karyawan perusahaan. “Masakannya enak dan murah. Ibunya yang jualan juga baik, makanya setiap hari saya dua kali kesini nggak bosan,” ujar Roni yang saat itu sedang membaca koran setelah menyelesaikan makan paginya.

Perempuan pekerja keras ini membuka lapaknya setiap hari sejak pukul 7.00 WIB sampai pukul 19.30 WIB. Setiap bahan mentah habis, Rina selalu menuju ke Pasar Giwangan untuk memenuhi kebutuhan warungnya. Malam hari setelah menutup warung, ia dan dua pegawai setianya mengolah bahan mentah menjadi setengah matang untuk dimatangkan saat subuh, seperti rendang, gudeg, brongkos, dan lain sebagainya. Saat subuh mereka kembali bekerja untuk mempersiapkan dan mematangkan segala menu makanan yang akan dijual, seperti tahu/tempe goreng, perkedel, telur dadar isi, ayam bakar/goreng, lele goreng, dan masih banyak varian lainnya.

Menjadi lebih baik. Semua orang pasti menginginkan hal tersebut, demikian juga harapan Rina. Tak terhenti hanya sebatas ini, namun ia juga berusaha mengajukan warung makannya untuk diberikan ijin usaha oleh pemerintah. Hal tersebut diajukan agar catering-nya bisa masuk ke perusahaan-perusahaan. “Sudah sejak tahun lalu saya ajukan tapi belum ada kemajuan apa-apa,” tutur Bu Rina dengan wajah yang tersirat kekecewaan.

Sejak 6 Juni 2009 warung makan Cempaka Ayu buka, kemajuan usaha ternyata bisa dikatakan cukup pesat. Beberapa agen perjalanan dari Jakarta seperti CV Citra Sejahtera juga memesan makanan untuk penumpangnya melalui Cempaka Ayu. Awalnya hanya supir bus tersebut yang mampir makan, kemudian ia mendapat kartu nama Cempaka Ayu dan mulailah kerja sama dengan agen bus tersebut. Hal ini membuat pemilik warung makan Cempaka Ayu semakin memacu jantung untuk memajukan usaha warung makannya.

Pesanan makanan apapun dan berapaun jumlahnya dilayani oleh Bu Rina dengan dibantu pegawainya. Pengalaman lain yang membuat Bu Rina terpacu semangat, ketika Panitia Inisiasi FISIP Universitas Atma Jaya yang juga memesan makanan untuk peserta dan panitia inisiasi. Bu Rina tidak butuh terkenal sampai mana-mana, hanya kepercayaan saja yang selalu ia utamakan. Kerendahan hati adalah dasar kehidupan seorang ibu yang juga Ketua Lingkungan Antonius Bangunrejo, Gereja Aloysius Gonzaga Mlati.

Kepuasan pelanggan adalah utama, demikian menurut Rina. Padatnya kegiatan yang ia lakukan setiap hari tidak menyurutkannya untuk membuka warung saat hari libur nasional tertentu. “Kasihan yang pada kerja kalo saya libur, nanti mereka kesusahan buat makan,” demikian tutur Rina sembari mengusap peluh di keningnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun