Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang, menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
dan aku lebih tak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Dalam puisi-puisi Chairil Anwar, kemerdekaan tidak hanya terbatas pada kemerdekaan sebagai bangsa, tetapi terutama adalah kemerdekaan manusia. Pada zamannya, Chairil Anwar tidak hanya berhadapan dengan penjajahan bangsa oleh bangsa, tapi juga dengan sikap-sikap feudal, hipokrisi, kebekuan nilai-nilai, dan bahkan penjajahan manusia oleh manusia. Nafas kemerdekaan manusia terasa hampir pada keseluruhan puisi-puisi Chairil Anwar. Chairil Anwar menempatkan kata pada kedudukannya tersendiri. Kedudukan justru pada maknanya, bukan pada wujud lahirnya. Ia menenmpatkan kata pada kedudukan yang amat penting, melalui makna yang terkaandung didalamnya. Suasana dibangun tidak hanya melalui keerdekaan bunyi, tapi terutama pada kaitan-kaitan maknanya. Kemerdekaan penggunaan kata itu dapat terlihat pada puisi Chairil Anwar yag sudah dituliskan diatas, yaitu puisi yang berjudul Aku
- Analisis puisi Sebuah Jaket Berlumur Darah karya Taufik Ismail dengan pendekatan mimetik
Â