Mohon tunggu...
Akhmad Khumaidi
Akhmad Khumaidi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Tuhanku Yang Maha Lembut, tabahkanlah hatiku yang rapuh ini, agar aku tetap sabar menghadapi orang-orang yang sulit.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Yang Bersalah Itu Rakyat!" Katanya

26 Februari 2013   01:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:41 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bicara soal korupsi di negeri ini, fiufht.... "Awesome!". Mengagumkan untuk membunuh rakyat khususnya rakyat miskin dan mengagumkan untuk membuncitkan perut para elit dan penguasa negeri ini. Sangat ironis memang, mulai dari pembangunan, pendidikan, kesehatan dan hukum tidak ada yang luput dari penyakit tikus ini.

Akibat dari penyakit yang satu ini bisa kita lihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang katanya paling stabil ditengah ketidakstabilan ekonomi dunia tidak sejalan dengan kenyataan yang ada di negeri ini. Rakyat kecil masih saja susah untuk hidup sejahtera. Bahkan anggaran pendidikan yang katanya 20% dari APBN, kenyataannya biaya pendidikan tetap saja tak kunjung berpihak pada rakyat kecil yang menyebabkan banyak generasi negeri ini yang putus sekolah. Lalu kemana larinya anggaran tersebut kalau banyak generasi negeri ini yang putus sekolah? Ya pasti ke perut buncit para elit dan penguasa yang koruptor.

Kesehatan pun demikian, kartu kesehatan untuk rakyat miskin yang diharapkan mampu meringankan atau bahkan membebaskan biaya pengobatan sama sekali tidak berarti untuk mereka. Kita masih ingat kejadian Dera, bayi prematur yang mempunyai kelainan pada sistem pencernaannya tidak bisa meluluhkan hati 10 rumah sakit lantaran orang tuanya tidak mempunyai biaya yang cukup. Kejadian ini mencerminkan bahwa kesehatan di negeri ini sudah tidak ada rasa empati lagi. Yang dipikirkan hanya uang, uang, uang dan uang. Tetapi tidak patut juga kita menyalahkan pihak rumah sakit sepenuhnya. Kenapa? Ada beberapa rumah sakit yang menolak pasien dari masyarakat kurang mampu lantaran bahwa biaya kesehatan untuk orang miskin tidak di bayar oleh pemerintah. Bagaimanapun rumah sakit adalah sebuah instansi yang butuh biaya untuk beli obat-obatan, menggaji karyawan dan biaya lain-lain. Lagi-lagi bisa kita katakan lari kemana anggaran kesehatan untuk rakyat miskin? Sungguh sangat akut korupsi di negeri ini.

Mungkin ada benarnya bahwa demokrasi itu mahal, menjadi calon pemimpin di negeri ini membutuhkan biaya yang sangat besar dan para calon pemimpin juga menghabiskan uang pribadi untuk mendanainya untuk kampanye. Sampai-sampai ada seorang teman mengatakan "Jangan salahkan pemimpin kalau dia korupsi saat terpilih, yang bersalah itu rakyat, kenapa juga mereka mau dibagi-bagi uang saat kampanye. Jika kampanye disamakan dengan berdagang bukankah pedagang ingin mengembalikan modal dan mendapatkan untung dari dagangannya? Sama dengan koruptor. Bedanya kalau pedagang yang di jual barang atau jasa yang bermanfaat, sedangkan koruptor janji palsu dan kebohongan."

Kalau memang adanya seperti ini, bisa dikatakan sistem demokrasi yang katanya dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat telah diterapkan dengan salah di negeri kita  yang menyebabkan banyak terjadinya kejahatan korupsi di semua sektor kehidupan bangsa Indonesia dan lagi-lagi rakyatlah yang dirugikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun