Adab kesembilan berisi keharusan mengurangi jam tidur, sejauh tidak menimbulkan madhorot (bahaya) bagi tubuh dan akal pikirannya. Seperti halnya tarekat para leluhur yang mengurangi jam tidur untuk menimba ilmu atau berdzikir mengingat Allah Swt. Bila tubuh merasa kelelahan, baiknya mengistirahatkan diri demi menjaga kesehatan.
Adab kesepuluh berisi anjuran meminimalisir pergaulan yang tidak bermanfaat, baik bergaul dengan gender sejenis maupun lawan jenis. Daripada menghabiskan waktu mencuri kesempatan yang salah, lebih baik mengisi waktu untuk memperdalam ilmu, mendekatkan diri kepada Allah agar hati bersih dan bisa melanggengkan amalan-amalan baik.
Selanjutnya adalah Bab 03 yang masih berisi adab-adab peserta didik dalam menuntut ilmu.
Adab pertama berisi anjuran untuk mengetahui kepada siapa peserta didik menuntut ilmu dan mengambil tauladan baik. Bila memungkinkan, pelajar atau peserta didik hendaknya memilih guru yang sesuai dengan bidang atau kecenderungan bakatnya.
Kemudian milikilah sifat penyayang, memerbaiki etika demi menjaga martabat gurunya. Dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa ilmu adalah agama, maka perhatikanlah dari siapa kalian belajar agama.
Adab kedua berisi keharusan untuk sungguh-sungguh dalam mencari guru. Carilah yang mempunyai perhatian khusus terhadap ilmu agama dan menjadi orang yang sudah dipercaya oleh guru-guru handal di zaman sebelumnya. Suka berkumpul untuk mendiskusikan pelajaran, meski durasinya terbilang cukup lama.
Imam Syafi’i berkata: “Barang siapa yang mempelajari ilmu fiqih, hanya memahami makna-makna yang tertulis saja, maka ia telah menyiakan beberapa hukum.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H