Sebuah tontonan pada larut malam yang tiba-tiba saja berubah menjadi serius. Presiden Korea Selatan, Yoon suk-yeol berkata "Aku akan membasmi habis pasukan anti-negara yang merupakan dalang utama dalam kehancuran negara dan melakukan tindakan-tindakan kejam." mendeklarasikan darurat militer dalam pidatonya pada hari selasa, 3 desember 2024 yang berujung pada pemakzulannya sendiri.
Tidak lama setelah ia mendeklarasikan darurat militer, sejumlah parlemen beserta kelompoknya sendiri melakukan pemecatan balik. Banyak yang bertanya "Apa yang ada dipikirannya yang menjadi pendorong ia untuk memutuskan hal tersebut." Namun, setelah ditelusuri kembali, hal tersebut bukan lah satu-satunya alasan dari keputusan untuk memakzulkan yoon suk-yeol, terdapat beberapa peristiwa besar yang terjadi di korea selatan sebelumnya.
Daun bawang, siapa yang mengira bahwa hal sekecil ini dapat berkembang menjadi sesuatu yang diluar kendali. Awal dari segala peristiwa yang terjadi di Korea selatan, serta awal dari pemakzulan yoon suk-yeol sendiri. Presiden Yoon mendatangi sebuah mini market lokal dan terkagum melihat daun bawang dengan harga yang terjangkau, yaitu sekitar 875 won atau setara dengan kurang lebih Rp.9.713. Namun harga tersebut merupakan harga yang telah di diskon besar-besaran dengan subsidi pemerintah. Harga daun bawang umumnya mencapai tiga hingga lima kali lipat dari harga tersebut, seiring dengan kenaikan harga makanan di korea.
Kalimat yang seharusnya tidak keluar dari mulut seorang pemimpin negara, memicu skandal yang dimanfaatkan oleh lawannya dengan selalu membawa daun bawang dan menuduh presiden yoon tidak memahami kondisi rakyatnya sendiri. Dikarenakan skandal tersebut, banyak rakyat yang berpindah ke kandidat yang lain, menyebabkan perbedaan hasil kemenangan yang hanya sebesar 1% saja. Tentunya, hal ini tidak hanya disebabkan oleh faktor sekecil "daun bawang" saja, tetapi faktor itu juga yang meningkatkan banyaknya suara yang dimiliki lawannya. Besarnya skandal tersebut membuat ketua partai presiden mengundurkan diri.
Tidak lama setelahnya, dihari pembukaan kembali parlemen, presiden Yoon menolak untuk datang yang dimana hal tersebut tidak pernah terjadi selama kurang lebih 30 tahun dalam sejarah korea selatan. Yoon merasa frustasi dan mengatakan bahwa pemakzulannya sedang menunggu momentum. President yoon sangat tidak populer dan tidak ingin berunding untuk membahas masalah besar yang dialami korea selatan saat ini, yaitu biaya hidup yang mahal. Hal ini didukung dengan adanya sebuah petisi untuk memakzulkan presiden yoon hanya beberapa bulan setelah pemilu dilakukan yang di tandatangani sekitar 1,4 juta orang.
Setelah skandal daun bawang, sebuah cuplikan istri presiden yoon, Kim keon-hee menerima sebuah hadiah berupa tas dior yang diambil dari kamera tersembunyi. Hal tersebut bertentangan dengan hukum yang ada dikorea, dimana "pejabat dan pasangannya dilarang untuk menerima sebuah hadiah lebih dari $750 atau sekitar Rp.12.135.825. Ia kemudian diintrogasi oleh jaksa dan presiden yoon meminta maaf untuknya, bahkan menyebutnya ceroboh. Namun ia tetap menyalahkan pihak lawan dengan mengatakan bahwa mereka membesar-besarkan seluruh masalah ini. Skandal ini akhirnya mengarah pada tuduhan pelanggaran undang-undang anti-korupsi.
Tetapi setelah semua hal tersebut, sepertinya pemicu utama presiden yoon mendeklarasikan darurat militer merupakan sesuatu yang berbeda, yaitu kebuntuan diparlemen terkait anggaran partainya. Partai oposisi ingin memotong triliunan won yang setara dengan puluhan triliun rupiah dari anggaran. Dikarenakan oposisi memiliki mayoritas suara, mereka berusaha untuk memaksakan amandemen mereka melalui parlemen. Juru bicara telah mendesak kedua partai untuk mencapai kesepakatan pada minggu depan.
Setelah usaha rakyat dan juga para anggota parlemen, akhirnya presiden yoon mencabut kembali darurat militer. "Majelis Nasional menuntut pencabutan darurat militer sehingga pasukan yang dikerahkan untuk urusan darurat militer ditarik kembali. Darurat militer akan segera dicabut dengan menerima permintaan Majelis Nasional melalui rapat Dewan Negara." kata presiden yoon dalam pidatonya. Ia tampak semakin terisolasi, dengan upaya terakhirnya untuk merebut kembali kendali kekuasaan, ditolak oleh sekutu-sekutu partainya sendiri. Tingkat persetujuannya berada pada titik terendah sepanjang sejarah, dan kini tidak jelas apakah presiden masih memiliki otoritas atau legitimasi yang tersisa.
Lebih dari 70% rakyat korea selatan tidak memiliki pandangan yang positif terhadap presiden yoon. Salah satu warga lokal berspekulasi bahwa terdapat banyak alasan mengapa presiden yoon mendeklarasikan darurat militer. Ketika muncul situasi yang menyulitkan pemerintahannya, ia tiba-tiba kehilangan kendali dan berakhir mendeklarasikan darurat militer yang membuat tidak hanya korea selatan, tetapi seluruh dunia terkejut. Tetapi jika kita lihat kembali perilaku beliau sebelumnya, sudah terdapat tanda-tanda yang jelas seiring berjalannya waktu. seperti, Dia akan mengumpulkan dan menunjuk teman-teman dari masa SMA-nya ke posisi-posisi kepemimpinan penting di militer, serta menjadikan mereka sebagai pendukung setianya. Dia mengandalkan mereka dalam pelaksanaan darurat militer ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H