Mohon tunggu...
Nova Silviani N
Nova Silviani N Mohon Tunggu... -

UNS University, FKIP UNS Kampus IV Kebumen, ingin menjadi guru inovatif, kreatif dan berguna bagi semua orang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Inovasi Pembelajaran yang Bertujuan Berbasis Kemampuan Otak

28 Desember 2010   12:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:17 1247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia pendidikan tidak akan lepas dari peranan teknologi. Dengan adanya perkembangan teknologi di dunia, maka perkembangan pendidikanpun juga akan terjadi. Maka dari itu, perlu diadakannya suatu inovasi yang diharapkan mampu merubah atau merombak suatu pembelajaran supaya menjadi lebih baik yang sesuai dengan perkembangan teknologi. Inovasi pembelajaran berbasis kemampuan otak yang bertujuan dapat menjadi pengetahuan kita bahwa otak kita sebenarnya tidak henti-hentinya beraktivitas, terus bekerja tanpa hentinya-hentinya.

Dengan adanya inovasi pembelajaran berbasis kemampuan otak ini diharapkan pembelajar lebih baik lagi dengan memanfaatkan kemampuan otak mereka secara maksimal. Karena otak manusia memiliki keberbakatan yang berbeda-bada dan dapat berkembang lebih baik apabila diolah secara maksimal.

A. Inovasi Pembelajaran

Inovasi merupakan perubahan sistem dari yang kurang baik ke arah yang lebih baik. Sedangkan pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Implikasinya bahwa pembelajaran sebagai suatu proses yang harus dirancang, dikembangkan dan dikelola secara kreatif, dinamis, dengan menerapkan pendekatan multi untuk menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang kondusif bagi siswa. Pembelajaran merupakan sesuatu yang kompleks, artinya segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran harus merupakan sesuatu yang sangat berarti baik ucapan, pikiran maupun tindakan.

Jadi yang dimaksud dengan inovasi pembelajaran yaitu proses belajar pada siswa yang dirancang, dikembangkan dan dikelola secara kreatif, dinamis, dengan menerapkan pendekatan multi kearah yang lebih baik, untuk menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang kondusif bagi siswa.

·Macam-macam inovasi pembelajaran

1. Inovasi pembelajaran kuantum

Pembelajaran kuantum dikembangakan oleh Bobby Deporter (1992) yang beranggapan bahwa metode belajar ini sesuai dengan cara kerja otak manusia dan cara belajar manusia pada umumnya. Pembelajaran kuantum merupakan salah asatu pembaharuan pembelajaran, menyajikan petunjuk praktis dan spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, bagaimana merancang pembelajaran, menyampaikan bahanpembelajaran dan bagaimana menyederhanakan proses belajar sehingga memudahkan belajar siswa.

Prinsip model belajar kuantum terdiri dari segalanyaberbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan rayakan merupakan konsep utama pembelajaran kuantum untuk mewujudkan energi guru dan siswa dalam pencepatan belajar, mempermudah belajar dan mengikis hambatan belajar tradisional. Mengembangkan strategi pembelajaran kuantum melalui filosofis TANDUR yaitu Tumbuhan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan sehingga dapat meningkatkan partisipasi siswa, motivasi,dan minat siswa, dan meningkatkan kehalusan perilaku siswa.

Rancangan pembelajaran kuantum yang dapat dikembangkan terdiri dari tiga bagian meliputi: pengembangan konteks, pengembangan konten, dan pengembangan strategi atau pendekatan pembelajaran. Dimensi pengembangan konteks pembelajarankonteks pembelajaran kuantum yaitu suasana belajar yang menyenangkan, landasan,yang kukuh, lingkungan yang mendukung dan rancangan belajar yang dinamis. Keempat unsure ini merupakan interaksi kekuatan yang mendukung kesuksesan belajar yang optimal.

2. Inovasi Pembelajaran Kompetensi

Kompetensi merupakan target, sasaran, standar sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Benyamin S. Bloom (1964) dan Gagne (1979) dalam teori-teorinya yang terkenal itu, bahwa menyampaikan materi pelajaran kepada siswa penekanannya adalah tercapai sasaran atau tujuan pembelajaran (instruksional)

Dalam pembelajaran kompetensi siswa sebagai subjek belajar yang memegang peranan utama, sehingga dalam setting proses belajar mengajar siswa dituntut kreatifitas secara penuh bahkan secara individual mempelajari bahan pelajaran.

Prinsip-prinsip pembelajaran kompetensi bertitik tolak pada pengelolaan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan suatu kondisi dapat terjadi proses belajar pada siswa dengan melibatkan berbagai aspek yang mempengaruhinya baik yang terdapat dalam diri siswa maupun sesuatu yang berada pada lingkungan sekitarnya serta peranan guru.

3. Inovasi Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Sanjaya, 2005).

Prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual meliputi tiga prinsip utama, yaitu: saling ketergantungan (interdependence), deferensiasi (differentiation), dan pengorganisasian diri (self organization). Seluruh komponen dalam pembelajaran kontekstual menekankan aktivitas siswa secara penuh baik fisik maupun mental. Menempatkan peran siswa selain sebagai subjek pembelajaran juga latar belakang kehidupan, kemampuan, pengalaman belajar, pengelompokan belajar, dan tujuan belajar faktor siswa selalu dipertimbangkan.

4. Inovasi Pembelajaran Elektronik Learning

Istilah Tekhnologi Informasi lahir pada abad ke-20 yang diawali dengan terbentuknya masyarakat informasi.

Pada awalnya tekhnologi informasi diartikan sebagai perangkat keras dan lunak untuk melaksanakn satu atau sejumlah tugas pemrosesan data (Alter dalam Syam, 2004). Namun dalam pengembangannya mendapat respon yang lebih luas, di mana tekhnologi informasi juga mencakup tekhnik komunikasi sebagai saran untuk mengirimkan informasi. Roger dalam Syam (2004) menempatkan tekhnologi informasi bukan hanya sarana fisik, namun dapat berfungsi sebagai ynang meneruskan nilai-nilai social bagi para pemakainya.

E-Learning dapat diartikan sebagai upaya menghubungkan pembelajar (siswa dengan sumber belajar), (data base, pakar/guru, perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan yang daoat dilakukan langsung (synchronous) maupun tidak langsung (asynchronous).

B. Pembelajaran berbasis kemampuan otak

·Teori Hemisphere

Menurut teori hemisphere atau belahan otak atau juga sering disebut teori otak kanan otak kiri, otak terbagi kedalam dua belahan yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Teori belahan otak kanan adalah belahan otak yang berfungsi dalam hal berkreativitas. Belahan otak kiri berperan dalam kegiatan motorik (motor sequence) yaituberhubungan dengan logika, analisa, bahasa, rangkaian dan matematika. Belahan otak kiri berespons pada pendapat. Belahan otak kanan berhubungan dengan proses dan penyimpanan informasi tentang gambar, imajinasi, warna, ritme, dan ruang; Dalam kerjanya otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. Belahan otak kiri berhubungan dengan bilangan/angka, kata-kata, logika, urutan atau daftar, dan detail atau rincian-rincian. belahan otak kiri berrsifat logis, sekuensial, linier, dan rasional. ContohDalam belajar misalnya, kita dapat berpikir sambil mendengarkan musik yang memang kita sukai.

Pembelajaran berbasis kemampuan otak merupakan pembelajaran yang diselaraskan dengan cara otak yang didesain secara alamiah untuk belajar. Dengan pendekatan yaitu sebuah pendekatan yang multidisipliner.

Pembelajaran berbasis kemampuan otak dengan pembelajar bukan kontennya. Pelajarannya didasarkan pada menciptakan kondisi optimal untuk terjadinya pembelajaran yang alami. Pembelajaran yang kompleks merupakan sebuah proses yang merefleksikan dengan lebih baik cara otak manusia dirancang secara alami untuk belajar.

·Otak yang belajar dan aktivasi pembelajaran

Pada saat pembelajaran melibatkan seluruh bagian tubuh, otak bertindak sebagai pos perjalanan stimuli yang datang. Semua input sensori disortir, diperioritaskan, diproses, disimpan atau dibuang ke dalam ruang bawah sadar yang kemudian diproses oleh otak.

Pembelajaran secara fisik dapat mengubah otak. Setiap pengalaman baru yang kita temui dapat mengubah pengebalan elektrokimia kita. Semakin baru dan menantang stimulinya (sampai titik tertentu) akan semakin baik otak mengaktifasi jalur barunya. Jika otak merasakan sesuatu yang cukup penting untuk ditempatkan dalam memori jangka panjang, maka potensi memoripun terjadi. Sebagai sesuatu yang mengundang potensiasi jangka panjang, proses pensinyalan elektrokimia ini adalah apa yang disebut oleh para ilmuwan sebagai memori yang terbentuk.

Pada setiap tahap perkembangan, sejumlah gen tertentu dipengaruhi oleh faktor lingkungan tertentu. Penelitian baru-baru ini teleh memfokuskan pada apa yang selama ini disebut “ jendela kesempatan”, merujuk pada suatu periode kesiapan tertinggi untuk menerima pembelajaran. Hal ini adalah pemikiran yang menyebutkan bahwa pemaparan terhadap stimuli yang tepat pada masa puncak ini dapat mengoptimalisasikan selera almiah seorang anak untuk belajar khususnya pembelajaran yang berhubungan dengan bahasa, musik, dan perkembangan motorik. Gen tidak membentuk pola pembelajaran tetapi mereka memang mempresentasikan resiko atau kesempatan yang diperkaya, Sehingga, jika seorang anak dilahirkan dengan gen dari seorang yang jenius, tetapi dibesarkan dalam lingkungan yang tidak diperkaya, maka kesempatan baginya untuk menjadi seorang jenius menjadi rendah. Seorang dengan gen rata-rata yang dibesarkan dalam lingkungan yang mendukung dan stimulasi secara intelektual, bisa saja mencapai tingkat yang sangat luar biasa disebabkan oleh lingkungan yang diperkaya

·Otak Unik dan Memperkaya Otak

Setiap otak manusia berkembang secara unik. Bahkan otak orang kembarpun identik berbeda. Cara yang sangat baik untuk menghargai keunikan dan perbedaan adalah dengan mempertimbangkan gaya pembelajaran. Gaya pembelajaran didasarkan pada pengamatan perilaku atau psikologi daripada neurobiologi.

Gerald Edelman, Ph.D. (1992) mengatakan bahwa mengaktifkan bagian-bagian yang berbeda dari otak dapat mengaktifkan bagian otak lainnya secara otomatis. Otak kita adalah multiprosesor, meskipun seorang pembelajar memiliki preferensi pada gaya belajar tertentu, penelitian tentang otak mengemukakan bahwa otak memproses informasi pada berbagai tingkatan dan dari berbagai sumber.

Lingkunagn yang diperkaya dapat meningkatkan pertumbuhan otak didukung oleh penelitian baru yang inovatif di University of California, Barkeley yang pertama dilakukan oleh Marion Diamond, Ph.D. Dan penelitian terpisah yang dilakukan peneliti dari University of Illiois William Greenough, Ph.D., (Greenough dan Anderson, 1991). Berdasarkan studi-studi yang menjadi pioner ini, dan berbagai studi yang mengikutinya, kini kita tahu bahwa otak manusia sebenarnya mempertahankan platisitas yang menakjubkan sepanjang hidup.

Otak kita mengubah dirinya dalam beberapa cara. Yang pertama dorongan dari dalam, atau dikenal juga sebagai genetik atau pra persambungan, menciptakan bagan untuk memproses yang kemudian memicu perubahan diotak. Yang kedua proses yang menciptakan produksi sinapsis yang berlebihan sebelum setelah dibutuhkan. Hal ini terjadi ketika: a) pembelajaran biasanya diperlukan oleh semua anggota spesies tersebut, b) pasti akan terjadi peristiwa tertentu, c) waktunya relatif kritis.

Yang ketiga, otak merespon pada proses ”ketergantungan pengalaman” yang dipicu oleh stimuli lingkungan.

Otak mengandalkan pada sirkuit-sirkuit yang sangat banyak untuk dapat melakukannya secar efektif. Koneksi-koneksi ini disebut “fase penghubungan” karena mereka terikat stimuli menjadi satu secara simultan. Ketika pembelajar diberikan lebih banyak umpan balik yang konsisten dan kualitas lebih baik, mereka akan lebih mampu menyatukan potongan-potongan teka-teki pembelajaran dan mengintegrasikan informasi tersebut ke dalam kualitas hubungan dan pola yang lebih baik.

Kita mungkin secara sengaja telah memperlambat kecepatan berpikir, intelegensia, dan pertumbuhan otak, terutama telah menciptakan “para pembelajar yang lamban”, karena tidak memberikan umpan balik danterlalu lamanya jeda waktu memberikan umpan balik atau membuat pengulangan umpan balik yang telah kita ciptakan dalam lingkungan pembelajaran tertentu.

·Karakteristik gaya pembelajaran

Ada banyak gaya pembelajaran yang tersedia sekarang. Masing-masing memiliki poin yang kuat. Otak manusia tidak memiliki preferensi atau “gaya pembelajaran”tunggal. Kita jauh lebih kompleks daripada ini. Kategori berikut mencakup pandangan realistik dan global terhadap gaya pembelajaran yang dapat digunakan pada rancangan pembelajaran apapun untuk memaksimalkan tingkat penerimaan terlepas dari preferensi yang berbeda dan keunikan pembelajar. Yang pertama yaitu konteks, keadaan yang melingkupi pembelajaran memberikan petunjuk-petunjuk yang penting tentang apa yang akan terjadi selama pembelajaran. Kedua yaitu input, para pembelajar menuntut adanya sensori input unutk terjadinya pembelajaran apapun. Input ini bisa berupa visual, audio, kenestetik, penciuman, dan perasa. Ketiga yaitu pemprosesan, pada tahap ini dimana pembelajar mamanipulasi data yang dikumpulkan melalui indra, baik yang didapat dari lingkunagn yang bersifat global maupun analitis, konkret maupun abstrak, serta multi tugas maupun tugas tunggal. Keempat yaitu respon, saat pembelajar mulai memproses informasi, respon mereka secara intuitif didasarkan pada sejumlah faktor, seperti waktu, penilaian resiko, poin referensi internal atau eksternal, dan kekhasan personal.

Sumber:

Jensen, Erric. Brain Based Learning. Terj. Pembelajaran Berbasis Otak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/quantum-learning/

Udin Syaefudin, 2009, Inovasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta.

Johnson, Elaine B. 2008. Contextual Teaching & Learning. Bandung: ML.

http://r-doc.blogspot.com/2009/11/perkembangan-intelektual.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun