Saya yang pada saat itu belum begitu percaya terhadap supir itu. Saya sedikit khawatir, takutnya supir ini memiliki niat yang kurang baik terhadap kami. Apalagi kami adalah orang pendatang yang baru tiba di kota ini. Lama berbincang-bincang, supir itu menceritakan bagaimana keadaan warga setempat dan kami pun tidak langsung diantar pulang. Supir itu pun menawarkan kami melihat sebuah kali yang cukup besar di kota itu “Kali Brasa”. Kali itu dijadikan sebagai tempat untuk mengambil material seperti batu dan pasir yang digunakan untuk menimbun bahkan membuat jalan. Karena belum paham betul keadaan kota ini, saya tidak tahu ternyata lokasi Kali Brasa dekat dengan Bandara. Dan kami pun diberitahu oleh supir itu bahwa ada sebuah desa dekat dengan kamp. tempat ia bekerja terdapat anak- anak yang tidak mengenyam pendidikan. Desa tempat suku Momuna bermukim, Desa Kuari.
Setelah beberapa kali menumpang truk, hari itu kami memutuskan untuk turun di daerah Kali Brasa. Di sana, kami melihat beberapa anak sedang asyik bermain membentuk bangunan dari pasir. Berjalan mendekati mereka, mencoba memperkenalkan diri kami dan berbincang-bincang dengan mereka. Mereka adalah anak Suku Momuna, suku asli daerah distrik Dekai. Namun, keberadaan suku Momuna ini cukup memprihatinkan. Karena kebanyakan dari anak-anak suku Momuna ini tidak mengenyam pendidikan, bahkan keberadaan suku ini semakin terpinggirkan oleh orang-orang pendatang ke distrik ini. Suku Momuna memiliki postur tubuh yang tinggi berbeda dengan suku-suku lainnya yang ada di tempat itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H