Fajar mulai menyingsing di sudut kecil kamar kos Alif, seorang mahasiswa rantau di kota besar. Dengan suara berdecit, ia membuka lemari  yang hanya berisi satu bungkus mie instan dan sebotol air. Sekilas, matanya melirik kalender. Tanggal 25, dan uang bulanannya sudah mulai menipis. Alif menghela napas panjang, menyadari bahwa mengatur keuangan akan lebih menantang di hari-hari mendatang.
Kehidupan anak kos memang penuh dengan cobaan. Setiap awal bulan, Alif merasa seperti orang kaya yang bisa makan apa saja, mulai dari ayam goreng hingga jus buah. Namun, seiring berjalannya waktu, ia harus mulai menekan pengeluaran dan menjadi kreatif dalam menyiasati makanan dan kebutuhan sehari-hari. Setiap kali gajian dari orang tua menipis, pikiran untuk  berhematnya mulai muncul.
Hari itu, Alif duduk di taman kampus sambil membuka bekal sederhana, nasi dengan telur dadar yang dimasak sendiri. Teman-temannya yang melihat, Ardi dan Farah, tertawa kecil.
"Wah, Alif udah masuk mode hemat, nih?" tanya Ardi sambil melirik isi bekal Alif.
Alif tertawa. "Iya, bro. Lagi ngirit banget. Minggu ini budget cuma cukup buat makan telur sama mie instan."
Farah tersenyum. "Aku dulu juga sering begitu, Alif. Kalau mau hemat, coba deh masak sayur sendiri. Beli bahan-bahan di pasar, bisa buat makan tiga hari."
Mendengar saran itu, Alif berpikir. Ide masak sayur sendiri terdengar masuk akal, walau ia belum pernah mencobanya. Sejak merantau, ia lebih sering membeli makanan di warung atau kafe dekat kos, tapi seiring waktu, ia sadar kalau kebiasaan ini menguras dompetnya.
Keesokan harinya, Alif pergi ke pasar pagi. Dengan sedikit gugup, ia menawar sayuran dan membeli bahan-bahan sederhana seperti wortel, kubis, dan kentang. Sorenya, ia mencoba memasak di dapur kos nya yang sempit. Prosesnya memang tak mudah, karena ini pertama kalinya ia memasak tanpa bumbu instan. Setelah berjuang dengan panci dan spatula, akhirnya ia berhasil memasak sepanci sup sayur.
Malam itu, ia mencicipi hasil masakannya. Rasa supnya mungkin tak seenak masakan ibunya di rumah, tapi ada kepuasan tersendiri yang ia rasakan. Ia berhasil makan enak dengan pengeluaran yang sangat minim.
Sejak hari itu, Alif makin rajin mencari menghemat. Ia mulai membawa bekal makan siang setiap hari ke kampus, bahkan sesekali berbagi tips hemat dengan teman-temannya. Banyak yang heran melihat perubahan Alif yang sebelumnya tak terlalu peduli soal pengeluaran, kini berubah menjadi mahasiswa yang pandai mengatur keuangan.