Mohon tunggu...
Novan Herfiyana
Novan Herfiyana Mohon Tunggu... -

Cenderung konservatif, tetapi masih terbuka dengan pemikiran modern.

Selanjutnya

Tutup

Bola

PS TNI

1 Desember 2015   13:52 Diperbarui: 1 Desember 2015   16:14 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Keberhasilan PS TNI memuncaki klasemen Grup C Piala Jenderal Sudirman 2015/2016 merupakan suatu prestasi. Klimaksnya, disebut klimaks, ketika mereka mengandaskan Persib 2-0. Klimaks, sebelum babak “8 Besar” hingga final digelar. Ya, Persib. Persib, lawannya, sebagai juara Liga Super Indonesia 2014 dan juara Piala Presiden 2015. Meskipun jelang Piala Presiden 2015, Persib kocar kacir dalam persiapan, pencinta sepak bola Indonesia tidak mau tahu. Hal itu seperti “Persib” yang tidak mau tahu dengan keberadaan klub-klub lain sebagai peserta LSI 2014, LSI 2015, dan Piala Presiden 2015.

Ada detail-detailnya yang membuat kekuatan antarkesebelasan di Indonesia berubah. Terlepas dari itu, ekspektasi itu mengingatkan saya pada Persib sebagai jawara Liga Indonesia 1994/1995 yang “terpaksa” ikut Piala Indocement II/1995. Bagaimana pun, prestasi (baik atau jelek) adalah fakta, prestasi siapa pun itu meskipun di dalamnya terkandung “suasana kebatinan” sebelum dan sesaat pertandingan.

PS TNI (kalau itu sebuah “nama merek”), pada masa lalu dikenal sebagai PS ABRI, tim yang menjadi wakil Indonesia di Piala Wira Malindo (Malaysia-Indonesia). Rahmad Darmawan pun pernah memperkuatnya. Itu memang turnamen militer di ASEAN. [Siapa pun tahu, ABRI (AD/AU/AL/Polisi) menjadi TNI karena Polri-nya sudah dipisah pascareformasi].

PS TNI dalam Piala Jenderal Sudirman 2015/1016 ini tetaplah PS TNI meskipun berkekuatan PSMS Plus. Plus di sini tentu saja beberapa pemain timnas Indonesia U-23/U-19. Tentara yang bermain bola, seperti Maulwi Saelan, penjaga gawang di Olimpiade 1956. Bisa juga Wowo Sunaryo, si haus gol di Asia (1957-1958), sipil yang di-tentara-kan karena berprestasi dalam bermain bola. Hal itu menunjukkan bahwa siapa pun bisa menikmati profesi lain, termasuk tentara yang menjadi wasit.

PS TNI adalah PS TNI. “Ia” adalah Tim PSSI Regional I yang didominasi para pemain PSMS ketika bertanding melawan Ajax Amsterdam 4-2 pada 1975. Bandingkan dengan Persija (bukan PSSI Regional II) dan Persebaya (bukan PSSI Regional III) yang juga melawan Ajax. Dipanggilnya PSSI Regional I tersebut karena timnya menjadi juara turnamen Antarregional 1974.

Sementara Persija merupakan juara Perserikatan 1973. PSMS, Persija, dan Persebaya merupakan kekuatan sepak bola Indonesia pada awal 1970-an (ketika periode waktu melawan Ajax pada 1975 belum dilewati). Kelak, informasi pun menjadi kabur bahwa (mantan) pemainnya menyebut sebagai PSMS (versus Ajax). Kelak, tidak menutup kemungkinan bahwa anak-cucu kita di masa depan menyebut PS TNI sebagai PSMS. Ya, wajar adanya.

Bangga? Jelas dong! Soalnya berprestasi. Ini soal “kedekatan psikologis” semacam pemain Persib junior yang turut memperkuat PS TNI. Kedekatan dengan klub daerah lain? Cari sendiri, kalau ada.

Bagi saya, penamaan PS TNI bukanlah “kloning”. Bukan pula pengaburan. Menyembunyikan? Tidak. Mengapa “kita” tidak menyebut PSMS? Menurut hemat saya, Surabaya United dalam Piala Jenderal Sudirman 2015/2016 itu pun adalah Persebaya. Soal mana yang asli atau palsu, itu soal lain. Perdebatan di forum tersendiri. Bagaimana pun, Persebaya United atau Bonek FC dalam Piala Presiden 2015 hanya “persyaratan” bagi panitia saja. Ditulisnya begitu.

Toh kalau bernama PSMS, apakah PSMS akan diikutsertakan dalam Piala Jenderal Sudirman 2015/2016? Selain itu, sebagai tuan rumah, PS TNI membutuhkan para tentara sebagai pemainnya. Kalau PS Polri, tentu membutuhkan polisi. PS Dokter? Ya, dokterlah meskipun permasalahannya bukan di situ. Toh kesebelasan-kesebelasan itu bertindak sebagai “penggembira”.

Di Indonesia pernah diselenggarakan Piala IPHI (Ikatan Penasihat Hukum Indonesia) 1989 yang dijuarai Bandung Raya, Piala PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) 1993 yang dijuarai Persib, dan Piala PHRI (Persatuan Hotel Restoran Indonesia) 1994 yang dijuarai Gelora Dewata, tetapi tidak ada unsur advokat, wartawan, dan pengusaha hotel-restoran.]

Kebetulan, PSMS yang menjadi kekuatan PS TNI itu memiliki unsur tentara. Lihatlah ketua umumnya. Lihatlah siapa yang menjadi petingginya. Juga, Suharto yang menjadi pelatih PS Bintang Jaya (Asahan) sebagai juara Piala Pangdam I/Bukit Barisan 2015 “dioper” ke PSMS yang akhirnya mampu menjadi juara Piala Kemerdekaan 2015. Dalam Piala Pangdam I/Bukit Barisan 2015 itu, PS Bintang Jaya berhasil menjadi juara setelah menang 1-0 atas PSAD. (PSMS sendiri terhenti di babak penyisihan). Ini juga jangan dilupakan: PSMS berprestasi sebagai juara (Piala Kemerdekaan 2015).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun