Mohon tunggu...
Novan Herfiyana
Novan Herfiyana Mohon Tunggu... -

Cenderung konservatif, tetapi masih terbuka dengan pemikiran modern.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mengenang Kompas Edisi Khusus 1 Januari 2000

26 Juni 2015   13:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:45 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Lima belas tahun yang lalu. Bahkan lebih. Tepatnya, Sabtu, 1 Januari 2000, menjelang subuh, saya melaksanakan makan sahur. Kegiatan rutin itu dimaklumi sebagai berkah untuk menjalani ibadah puasa (shaum) Ramadhan.

Namun, bagi saya, suasana sahur di hari pertama tahun 2000 itu tidak seperti biasanya. Sejak dini hari, bahkan beberapa hari sebelumnya, saya sudah tidak sabar untuk menunggu pagi. Ya, saat itulah, sebagaimana iklan yang digaungkannya, surat kabar harian Kompas menghadirkan edisi khususnya. Itulah edisi khusus tahun 2000 yang menampilkan headline “Selamat Datang Tahun 2000”.

Kompas edisi khusus beredisi No. 185 Tahun ke-35 tersebut menampilkan 80 halaman yang terbagi ke dalam enam bagian. Lima bagian di antaranya merupakan “Suplemen Kompas Menuju Milenium III”. Di dalamnya terkandung kisah “1000 Tahun Nusantara”.

Saya tidak sabar menunggu Kompas edisi khusus tadi karena kabarnya di dalamnya akan memuat tulisan yang “tidak mudah basi”. Ia bukan sekadar berita, tetapi semacam buku yang dijadikan koran. Itu kesan saya. Lebih dari itu, saya kira, itulah Kompas pertama yang hadir pada tanggal merah (baca: 1 Januari 2000 sebagai hari libur surat kabar harian).

Ketika itu, saya bersepeda berkeliling di kompleks perumahan di mana saya tinggal. Beli satu eksemplar. Setelah pulang ke rumah, saya balik lagi ke penjual koran tadi untuk membeli satu eksemplar lagi. Penjual koran itu merupakan salah seorang penjual langganan saya. “Untuk apa beli lagi,” tanya penjualnya sambil tersenyum dan terkesan heran. “Buat koleksi,” jawab saya.

Siangnya, di penjual koran yang letaknya jauh dari kompleks perumahan saya (baca: di Jalan Pasirkaliki, persimpangan Pasteur ketika jalan layang Paspati belum ada), penjualnya mengungkapkan bahwa dirinya menaikkan harga dari Rp 1.400,- ke Rp 3.000,- tetapi Kompas edisi khusus itu tetap laku. (Ah, ada-ada saja. Mestinya tidak harus begitu). Lalu, penjual koran di kawasan Gegerkalong pun sempat mengungkapkan “keanehannya” dengan kehadiran Kompas beredisi tebal. Meskipun tidak menaikkan harga, Kompas edisi khusus itu ludes terjual.

Setelah menciptakan sejarah sebagai surat kabar harian yang paling tebal dalam sejarah awal “milenium”, kelak Kompas menghadirkan sejarah untuk dirinya sendiri ketika Kompas edisi hari ulang tahun ke-35 yang terbit pada 28 Juni 2000 menampilkan ketebalan 100 halaman.

Terlepas dari adanya surat kabar tebal, Kompas pun sempat menghadirkan “ketidaklazimannya” untuk era itu) melalui dua tabloid di dalamnya, yaitu tabloid Muda (untuk anak muda) dan tabloid Swara (untuk perempuan).

[Catatan: Istilah “milenium” diberi tanda kutip karena Milenium III akan dimulai pada 1 Januari 2001, ketika masyarakat umum terhipnotis dengan gembar-gembor perpindahan tahun 1999 ke 2000.]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun