Mohon tunggu...
Novanda Fatih Hardanti
Novanda Fatih Hardanti Mohon Tunggu... Freelancer - Writing Enthusiast

Menjaga akal dan rasa dengan menulis. Terbuka untuk diskusi berbagai macam topik dan menerima saran melalui nfhardanti@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Melatih Empati Melalui 2 Channel Youtube Ini Bersama #switch

30 Agustus 2020   13:00 Diperbarui: 30 Agustus 2020   12:59 1048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era serba digital ini, frekuensi kita berselancar di dunia maya semakin meningkat bahkan bisa dibilang lebih banyak dibandingkan di dunia nyata. Terlebih lagi di masa pendemi, di mana semua aktivitas hampir bergantung dengan internet. Selain untuk aktivitas bekerja sehari-hari, saya juga menggunakan internet untuk mencari hiburan di waktu senggang, salah satunya dengan menonton video di Youtube.

Youtube memang sekarang sudah menjadi platform hiburan dan mengekspresikan diri yang sudah dikenal oleh berbagai kalangan masyarakat. Akan tetapi, kita juga harus pintar untuk filter konten dan channel Youtube yang benar-benar bermanfaat. Saya sendiri lebih menikmati channel yang berisi tentang sharing pengalaman hidup dan sudut pandang dari orang-orang yang berbagai latar belakang. Setidaknya, di era keterbatasan interaksi sosial ini, kita tetap bisa melatih kepekaan sosial dengan mendengarkan cerita-cerita mereka. Dua channel Youtube yang saya rekomendasikan:

Menjadi Manusia

Menjadi Manusia adalah sebuah social enterprise yang aktif bergerak di berbagai sosial media. Founder Menjadi Manusia adalah Rhaka Ghanisatria, Adam Alfares Abednego, dan Levina Purnamadewi. Menjadi Manusia menjadi wadah untuk orang-orang menuangkan kegelisahan dalam hidup dan membuka pandangan kita terhadap orang lain. 

Melalui channel Youtube mereka yang sekarang memiliki 573k subscribers, kita disuguhkan dialog atau monolog tentang permasalahan sosial di lingkungan kita yang bahkan sering dianggap tabu. Isu-isu sosial yang diangkat seperti, feminis, queer, transgender, dll. Konten ini menarik menurut saya karena dikemas juga sebagai edukasi ke masyarakat untuk tidak terjebak pada stereotyping.

Selain channel Youtube dalam negeri, saya juga merekomendasikan channel yang berasal dari Korea Selatan yang menarik kontennya.

ODG

ODG diproduksi oleh Solfa Creative Studio, awalnya ODG berangkat dari ODG Kid’s clothing brand. Channel yang sudah memiliki 1,65M subscribers ini memang booming waktu video antara Hyun Ho (anak Korea) dengan Carson (anak Amerika) di mana mereka dipertemukan padahal tidak saling memahami bahasa satu sama lain. 

Berbeda dengan Menjadi Manusia yang lebih menggunakan pendapat orang-orang dewasa terkait permasalahan sosial, ODG lebih mengenalkan permasalahan dari sudut pandang anak-anak. 

Hal ini yang membuat saya kadang tersenyum bahkan sampai meneteskan air mata karena menyadari bahwa permasalahan berat dalam hidup manusia dewasa kadang dengan pola pikir anak-anak bisa dilihat sederhana. Saya paling menyukai konten-konten ODG ketika anak-anak diminta untuk memberikan saran kepada public figure yang datang untuk menceritakan kegelisahan mereka.

Kedua Channel tersebut menurut saya lebih worth it untuk “dikonsumsi” oleh masyarakat. Selain mendapat hiburan, kita juga bisa membuka wawasan terkait isu-isu yang masih dipandang tabu untuk dibicarakan padahal itu hal penting. Bagi saya pribadi yang memang memiliki ketertarikan pada bidang ilmu kesehatan mental, kedua channel tersebut memberikan asupan empati dengan melihat masalah dari kacamata yang berbeda.  

Nah, tentu untuk menikmati tanyangan Youtube tersebut kita membutuhkan konektivitas internet yang mumpuni di mana saja dan kapan saja. Pasti kalian sudah merasakan kan tidak nyamannya menonton video dan terganggu dengan buffering? Apalagi jika terhenti ditengah-tengah pembicaraan yang menarik, menjengkelkan memang.

Beruntungnya Switch Mobile Indonesia kini merilis switch provider yang cocok untuk kebutuhan anak muda usia 17-35 tahun. Tidak ada lagi istilah kehabisan kuota di tengah-tengah menikmati video favoritmu. Dengan konsep provider yang “worry free”, switch bisa menjadi layanan digital telco andalan karena anti sedot pulsa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun