Mohon tunggu...
Novanda KhoirulUmam
Novanda KhoirulUmam Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa

Konten kreator

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strategi Transformasi Pendidikan dalam Mengubah Tantangan Menjadi Kesempatan

29 Oktober 2024   11:45 Diperbarui: 29 Oktober 2024   12:05 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Novanda Khoirul Umam, Muhammad Novan Zulfahmi

Pendidikan merupakan fondasi penting dalam membentuk karakter dan keterampilan individu sejak usia dini. Di tingkat Sekolah Dasar (SD), anak-anak mulai mengeksplorasi dunia pengetahuan dan keterampilan dasar yang akan mempengaruhi perkembangan mereka di masa depan. Namun, dalam perjalanannya, tidak jarang siswa menghadapi berbagai tantangan, baik dari segi akademis, sosial, maupun emosional. Tantangan ini, jika dikelola dengan baik, dapat diubah menjadi kesempatan yang mendukung pertumbuhan dan pembelajaran yang lebih mendalam bagi siswa. Tujuan Pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar mereka tumbuh menjadi individu yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berpengetahuan, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab sebagai warga negara.

Seiring dengan perkembangan zaman, strategi pendidikan juga perlu beradaptasi agar mampu menjawab tantangan-tantangan tersebut. Transformasi pendidikan di tingkat SD menjadi hal yang krusial dalam membekali siswa dengan keterampilan yang relevan di era modern, seperti berpikir kritis, kemampuan beradaptasi, dan literasi digital. Melalui pendekatan yang inovatif dan fleksibel, tantangan yang ada dapat diolah menjadi peluang bagi siswa untuk mengembangkan potensi mereka secara maksimal.
Sebagai guru yang bertugas melayani peserta didik dan mendidik generasi muda, perlu memberikan pembelajaran dan pengetahuan meskipun siswa belajar dari rumah. Karena keterbatasan dalam menguasai teknologi, guru perlu terus meningkatkan kompetensinya agar siswa merasa senang belajar. Menguasai teknologi penting agar proses pembelajaran menjadi lebih bervariasi dan menyenangkan. Guru dituntut untuk menciptakan media pembelajaran dan penilaian yang menarik dan relevan dengan generasi Z atau generasi digital. Oleh karena itu, guru perlu belajar agar tidak tertinggal oleh anak-anak yang sejak kecil telah akrab dengan teknologi digital. (Sri, 2022)
Kurikulum Merdeka merupakan kebijakan pendidikan yang diperkenalkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2020. Kurikulum ini bertujuan memberikan kebebasan kepada sekolah untuk mengembangkan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing. (Yansah, 2023) Dalam penerapannya, Kurikulum Merdeka menghadapi berbagai tantangan, salah satunya adalah keterbatasan teknologi di sekolah, yang menyebabkan peserta didik tertinggal di era modern ini. Namun, kendala teknologi tersebut tidak akan menghalangi pengembangan potensi siswa.
Mengubah tantangan menjadi kesempatan bagi siswa SD membutuhkan pendekatan yang kreatif dan mendukung. Salah satu caranya adalah melalui pembelajaran kontekstual, di mana guru mengaitkan materi dengan situasi sehari-hari yang relevan, seperti menghitung uang saat berbelanja. Ini membantu siswa melihat manfaat belajar dan merasa lebih termotivasi. Tugas kelompok juga bisa menjadi solusi, karena melalui proyek kolaboratif, siswa belajar bekerja sama, saling mendukung, dan mengatasi tantangan bersama, sekaligus mengembangkan keterampilan sosial dan kecerdasan emosional. Selain itu, memberikan apresiasi atas usaha siswa, bukan hanya hasil akhir, mendorong mereka untuk terus mencoba meskipun menemui kesulitan, sehingga ketahanan mental dan semangat untuk belajar dari kesalahan dapat terbentuk. Guru juga bisa mengubah tantangan akademik menjadi permainan, seperti membuat kuis atau lomba matematika dengan cara yang menyenangkan, agar siswa lebih bersemangat dan melihat tantangan sebagai kesempatan untuk bersenang-senang sambil belajar. Mendorong rasa ingin tahu pada siswa juga penting, agar mereka terbiasa bertanya dan menemukan solusi sendiri, sehingga tantangan menjadi kesempatan untuk menggali lebih dalam. (anggo, 2023) Selain itu, melalui pembelajaran berbasis proyek, siswa menghadapi masalah yang harus diselesaikan, seperti membuat karya seni atau eksperimen sains, yang mengajarkan mereka bahwa setiap tantangan adalah peluang untuk berkreasi dan berpikir kritis. Dengan pendekatan ini, tantangan dapat menjadi pelajaran penting yang membekali siswa dengan keterampilan berguna sepanjang hidup, seperti kreativitas, ketekunan, dan keberanian untuk mencoba hal baru.
Kesimpulannya, mengubah tantangan menjadi kesempatan bagi siswa SD adalah langkah penting dalam membentuk karakter dan keterampilan mereka. Dengan pendekatan kreatif seperti pembelajaran kontekstual, proyek kolaboratif, apresiasi terhadap usaha, permainan edukatif, pengembangan rasa ingin tahu, dan pembelajaran berbasis proyek, tantangan yang dihadapi siswa dapat menjadi peluang untuk belajar. Melalui proses ini, siswa belajar mengatasi kesulitan, berpikir kritis, bekerja sama, dan mengembangkan ketahanan mental. Hal ini akan membekali mereka dengan kemampuan beradaptasi, kreativitas, dan semangat untuk terus belajar, yang akan berguna sepanjang hidup mereka.
DAFTAR PUSTAKA
 
anggo, A. Y. (2023). Jurnal Pendidikan Transformaatif. Mingidentifikasi Peluang dan Tantangan yang muncul di Lingkungan Sekolah Dasar, 313.
Sri, L. (2022). Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan. Strategi Guru Menghadapi Transformasi Digital , 657.
Yansah, O. (2023). Journal Of Information Sistem dan Manegement. Implemesntasi Kebijakan Kurikulum Merdeka di Sekolah Dasar; Tantangan dan peluang , 50.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun