'' orang-orang bilang, kalau hati sudah mencintai maka segala aib yang dicinta tidak lagi nampak dimata. Sebanyak apapun kekurangan, niscaya tertutup dengan rasa cinta yang ada. Tidak mau lagi peduli apa yang  ia bawa atau cela yang dipunya".Begitulah kalimat-kalimat yang terdengar soal hati yang sedang jatuh cinta. Manis sekali, indah sekali.
Berawal dari benih yang hadir, disemai, disirami itulah dua orang yang mencintai memutuskan untuk bersama. Bersama dalam ikatan yang disebut janji suci. Berlayar dengan perahu yang sama, menyusuri lika-liku perjalanan dalam rumah bernama tangga. Manis, asam, pahit, pedas, nano-nano.
Namun, sahabat, sebelum langkahmu dan langkahnya teriring bersama, sebelum engkau mengikrarkan janji disaksikan penghulu, maka lihatlah kembali seseorang yang kau jatuhi cinta tersebut. Pandanglah secara utuh, pertimbangkan dengan penuh kebijakan, baru engkau memutuskan, benarkah ia adalah pendamping yang tepat untuk membersamaimu menuju keridhaan dengan pelabuhan terakhir adalah syurga?
Maka, ketahuilah sahabat, ada dua hal yang perlu dipahami agar perasaan kita yang jatuh senantiasa dalam rahmatNya, berikut dua hal tersebut:
- Jatuh Cinta adalah Fitrah. Adalah merupakan hal yang wajar apabila kita jatuh cinta, memiliki rasa suka terhadap lawan jenis, itu bukanlah dosa. Namun, penting bagi kita untuk mampu mengelola perasaan tersebut agar tetap fitrah, suci, agar perasaan tersebut tetap terjaga dalam koridor taat hingga saat kita siap untuk berumah tangga. Jangan sampai kita dikelabui hawa nafsu hingga rasa cinta yag fitrah kehilangan maknanya, seperti menjalin hubungan tanpa pernikahan, (teman tapi mesra, hubungan tanpa kepastian, pacaran , yang jelas-jelas sangat membawa kerugian. Maka jika kamu jatuh cinta, berani nyatakan dan halalkan. Jika tidak mampu, maka bersabarlah dalam ketaatan.
- Menikahlah dengan dia yang sevisi, satu misi, sefrenkuensi, dan seiman. Rumah tangga yang akan dijalani kelak tidak hanya bermodalkan cinta semata, tapi membutuhkan orang yang sevisi, sehingga irama gerakan langkahnya sama, tujuan akhirnya juga sama. Bayangkan bila visi tersebut berbeda, saat pelayaran perahu tersebut diliputi badai besar, perahu itu akan karam dalam pertengkaran bersebab bedanya visi antara kapten Karena itu, temukanlah ia yang sevisi dan memiliki frenkuensi yang sama sehingga saat badai melanda sebesar apapun terjangannya, niscaya kita mampu sama-sama menyatukan ide mencari solusi terbaik.
Jika sevisi dan sefrenkuensi saja penting, maka seiman tentu saja lebih penting. Sebab ini adalah pondasi dasar rumah tangga didirikan. Juga iman merupakan acuan solusi atas segala permasalahan. Bayangkan bagaimana bila seseorang yang kita nikahi sangat berbeda keyakinannya dengan apa yang kita yakini?
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik meskipun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu nikahkan orang (laki-laki) musyrik (dengan perempuan yang beriman) sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. (Allah) menerangkan ayat ayat-Nya kepada manusia agar mereka mengambil pelajaran."(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 221)
      .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H