Interaksi sosial yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita relasi akan timbul sikap saling memahami, mengerti dan menghargai perbedaan antara satu individu dengan individu lainnya. Baik pada aspek sosial, budaya, dan agama. Sikap saling menghargai itu disebutkan sebagai toleransi. Pengertian toleransi sendiri adalah sikap saling menghargai dan menghormati segala bentuk perbedaan.
Banyaknya mahasiswa zaman now ini yang sudah hilang akan toleransi tersebut terutama di lingkup perguruan tinggi .Bersosialisasi di lingkungan kampus membuat kita sering dihadapkan dengan berbagai orang dengan latar belakang yang berbeda. Mulai dari asal daerah, kepercayaan hingga sudut pandang terhadap sesuatu.
Awal mula terjadi pertikaian bisa dari bercanda yang berakhir serius, seperti saling mengejek fisik entah warna kulit, bentuk badan dan bisa cara berbicara yang kasar sampai masalah kepercayaan juga. Tidak semua orang bisa menerima sebuah ejekkan sampai akhirnya terjadi baku hantam. Namun permasalahan tersebut sudah tidak asing di telinga kita yang sudah tersebar di media massa.
Permasalahan tersebut bisa diatasi dengan memperkuat pendidikan karakter yang baik dan berbudi luhur, ikut mencerdaskan kehidupan bangsa, menerapkan etika dan sopan santun dimana saja. Pendidikan kewarganegaraan harus dikembangkan sejak dini agar anak dapat mengerti dan menjalankan dalam kehidupan sehari-hari. Pembentukan karakter pada anak bukan hanya tanggung jawab lembaga pendidikan saja, tetapi keluarga dan lingkungan sekitar juga menunjang dalam membentuk karakter anak agar anak tidak melakukan hal-hal buruk. Pemerintah juga ikut berpartisipasi dalam memajukan karakter generasi muda dengan program sosialisasi menerapkan Pendidikan Kewarganegaraan disegala aspek kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H