PDRB atau Produk Domestik Regional Bruto, yang dihitung oleh Badan Pusat Statistik (BPS), bukan sekadar angka statistit, melainkan potret nyata dari perputaran roda perekonomian suatu daerah dari waktu ke waktu. Lebih dari sekadar indikator pertumbuhan, PDRB merupakan peta lengkap yang menunjukkan struktur perekonomian daerah, sektor-sektor dominan, penyerap tenaga kerja terbesar, serta kontribusi rumah tangga, pemerintah, dan pelaku ekonomi dalam menggerakkan mesin perekonomian
PDRB ibarat alat untuk mengukur denyut nadi ekonomi suatu daerah. Ibarat “kaca pembesar”, PDRB dapat membantu kita untuk melihat gambaran utuh tentang bagaimana suatu daerah memproduksi barang dan jasa, tentang siapa saja yang berkontribusi pada sektor-sektor utama, melihat kesehatan perekonomian, dan mengidentifikasi potensi pertumbuhan.
PENDEKATAN DALAM PENGHITUNGAN PDRB
Badan Pusat Statistik (BPS) menghitung Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) melalui dua pendekatan utama yaitu berdasarkan Lapangan Usaha dan berdasarkan Pengeluaran. Masing-masing pendekatan ini melibatkan penghitungan pada dua jenis harga yang memberikan sudut pandang berbeda, yaitu atas dasar harga berlaku (current price) dan atas dasar harga konsta (fixed price).
- Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB): yaitu nilai barang dan jasa dihitung berdasarkan harga berlaku, termasuk pengaruh inflasi. Pendekatan ini mencerminkan total nilai nominal total kekayaan suatu daerah, memberikan gambaran kekuatan ekonomi dalam bentuk angka aktual.
- Atas Dasar Harga Konstan (ADHK): yaitu inflasi dihilangkan dari perhitungan, sehingga memberikan gambaran yang lebih akurat mengenai pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya. Pendekatan ini menjadi dasar untuk memahami dinamika ekonomi yang sebenarnya tanpa distorsi harga.
Artikel ini berfokus pada analisis PDRB dari sisi pengeluaran di Kabupaten Demak. Data yang diakses dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Demak, menunjukkan bahwa PDRB pengeluaran dapat dirinci menjadi beberapa komponen utama, yaitu: Konsumsi Akhir Rumah Tangga (PK-RT), Konsumsi Akhir Pemerintah (PK-P), dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB).
DINAMIKA EKONOMI KABUPATEN DEMAK DI 2024
Perekonomian Kabupaten Demak pada tahun 2024 menunjukkan stabilitas yang cukup kuat. Petumbuhan ini ditopang oleh konsumsi rumah tangga (PK-RT) yang memnerikan kontribusi lebih dari 75% terhadap total produk domestik regional bruto (PDRB). Konsumsi ini mengalami peningkatan, dari Rp6.702,64 rupiah pada Triwulan I 2024 menjadi Rp.6.965,03 miliar pada Triwulan III 2024. Meski demikian, dominasi sektor ini harus menjadi perhatian serius, mengingat penurunan daya beli dapat berdampak langsung pada laju pertumbuhan ekonomi. Pemerintah perlu memastikan stabilitas harga barang dan jasa, terutama kebutuhan pokok, agar daya beli masyarakat tetap terjaga.
Selain kosumsi rumah tangga, dalam struktur perekonomian Demak, peran konsumsi pemerintah (PK-P) selama 2024 masih menunjukkan fluktuasi, Triwulan II tercatat mengalami lonjakan sebesar Rp.675,70 miliar, sebelum mengalami penurunan menjadi Rp.579,88 miliar di Triwulan III 2024. Di sisi lain, investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) di Kabupaten Demak tetap tumbuh positif mencapai Rp.2.750,36 miliar pada Triwulan III tahun 2024. Peningkatan ini mencerminkan aktifnya kegiatan pembangunan dan semakin kuatnya kepercayaan investor terhadap potensi yang dimiliki Kabupaten Demak.
FAKTOR-FAKTOR PENGGERAK PDRB DEMAK TAHUN 2024
Kekuatan utama di balik ekspansi ekonomi adalah pengeluaran rumah tangga (PK-RT), yang menyumbang porsi terbesar dari PDRB.. Namun, daya beli masyarakat sering kali terancam oleh berbagai gejolak, seperti pemutusan hubungan kerja (PHK), kenaikan harga barang dan jasa, serta penurunan rata-rata pendapatan. Dalam situasi ini, konsumsi masyarakat cenderung menurun karena lebih memilih menahan pengeluaran dan berhemat. Pemerintah harus bertindak proaktif dengan menerapkan sejumlah stimulus kebijakan untuk mengatasi hambatan ini. Penyaluran bantuan sosial, baik tunai maupun non-tunai, serta subsidi barang dan jasa kebutuhan pokok dapat menjadi solusi efektif untuk menjaga daya beli masyarakat. Dengan demikian, roda ekonomi dapat terus berputar, dan dampak negatif pada PDRB dapat diminimalkan.