Air adalah sumber kehidupan. Tak hanya manusia, hewan dan tumbuhan juga membutuhkan air. Bumi, planet yang kita diami merupakan planet yang 71% atau dua pertiganya merupakan air berupa lautan dan samudra . Tanpa air, Â bumi akan mati.Â
Ketergantungan manusia terhadap air sangatlah vital. Rasanya tak mungkin ada kehidupan manusia bila air tak ada di muka bumi. Tak sekedar kebutuhan untuk bertahan hidup, air dibutuhkan untuk semua kehidupan manusia..
Dari total air yang tersedia di Bumi.  97,5%  merupakan air asin yang berada di lautan dan samudra  sisanya  hanya 2,5 % air tawar. Dari 2,5 % air tawar yang tersedia di Bumi, 67,8% berbentuk  bongkahan es dan salju yang berada di kutub utara dan kutub selatan. 30,1% air tawar berada didalam tanah, sisanya 1,2 persen berada di permukaan bumi, berada di sungai, danau, waduk dan menggantung di atmosfer Bumi.
Secara teori manusia ternyata hanya bisa mengakses air dari permukaan yang berasal dari danau, sungai , waduk atau air hujan yang berasal dari atmosfer. Â
Penggunaan dan pemanfaatan air bawah permukaan (di dalam tanah) bisa menimbulkan bencana (dilansir dari Ground Water) , bila pengambilan air dalam tanah dilakukan secara tidak bijak dan berlebihan  Dampaknya  mengakibatkan struktur tanah menjadi berongga rongga, menurunkan muka tanah yang berimbas pada struktur bangunan atau jalan dan meningkatnya resiko banjir, selain itu pengambilan air tanah secara berlebihan mengakibatkan  intrusi air laut , masuknya air laut ke akuifer air tawar yang biasa terjadi di wilayah pesisir.
Bila dilihat dari kecilnya persentase air tawar yang bisa digunakan atau diakses manusia, maka boleh dibilang, manusia rentan mengalami krisis air.
Di Indonesia beberapa wilayah masuk dalam kategori sulit air. Maka ada kalimat kelakarÂ
 "Air Su dekat" yang memberikan makna miris kesulitan air di wilayah Indonesia timur. Seperti yang terjadi di Atambua, kabupaten Belu di NTT. Di sebuah dusun bernama Haikrik , sekitar 1 jam perjalanan dari pusat kota Atambua. Masyarakat disana harus berjalan berkilometer untuk mendapatkan air dari sela sela bebatuan di sebuah lembah.
Cukup curam untuk mengambilnya , perlu teknik dan keberanian untuk turun ke bawah. Air yang kualitasnya kurang layak itu terpaksa dimanfaatkan. Dirigen dirigen diisikan lalu dipanggul  di kepala  anak anak dan ibu ibu. Pemandangan miris itu terjadi setiap hari, pagi dan sore. Air yang didapatkan, air yang jauh dari layak. Keruh dan banyak partikel di dalamnya yang sangat mungkin terkontaminasi bakteri dan virus yang merugikan.
Air dan Kualitas Layak Pakai
Dari sisi kuantitas , jumlah air di bumi sangat sedikit yang bisa dimanfaatkan. Lalu dari sisi kualitas air yang tersedia , banyak  yang tidak masuk dalam kategori layak pakai. Berbau, berminyak, bahkan warnanya sangat keruh bahkan terkontaminasi logam berat, bakteri yang merugikan, hingga masuk dalam kategori berbahaya.