Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mengapa Orang Tua Menitipkan Anak ke Daycare

2 Agustus 2024   17:03 Diperbarui: 2 Agustus 2024   17:29 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : Sumber gambar picjumbo_com via Pixabay

Berita penganiayaan anak di Daycare di Depok menjadi perhatian khalayak ramai. Hal yang tentu tak bisa diterima oleh akal sehat. Kasus kekerasan anak selalu menjadi berita viral. Pelakunya rata rata orang dekat, bisa anggota keluarga, babysitter, guru, atau orang yang berada dalam lingkungan rumah.. 

Orang yang seharusnya melindungi malah menjadi pelaku kekerasan. Daycare adalah save home bagi anak anak. Tempat mereka dititipkan orang tua masing masing. Anak anak ini bisa tinggal lebih dari 8 jam di Daycare, mulai dari makan, tidur, bermain, belajar hingga segala aktifitas lainnya.

Saya mendapatkan pengalaman melihat langsung keadaan Daycare beberapa bulan yang lalu. Seorang teman memiliki Daycare di wilayah Jakarta Selatan. Sebuah bangunan berlantai dua ini difungsikan sebagai Daycare, preschool, dan sekolah dasar.

Daycare yang dikelolanya memiliki cerita yang menarik, sejak memiliki anak, pasangan teman saya ini sudah merintis mendirikan Daycare. Pengguna jasa pertamanya adalah tetangga sebelah rumah. Hanya satu anak.  Tempatnya juga hanya dirumah. Anak tetangga yang dititipkan ini bermain dengan anaknya seharian.

Berjalannya waktu pengguna jasa Daycarenya semakin banyak, dari rumah pribadi, teman saya menyewa sebuah rumah khusus untuk daycare. Untuk memberikan pelayanan yang baik, pengasuh anak alias babysitter mulai dipekerjakan. Segala perlengkapan Daycare untuk bermain, belajar dan istirahat juga dilengkapi.

Prosesnya panjang dan penuh kesabaran. Tak sembarang orang bisa membangun Daycare yang baik dan profesional. Selain yang jadi pengguna jasanya adalah keluarga kelas menengah keatas. Tingkat keamanan, kenyamanan dan kepercayaan jadi hal yang selalu diperhatikan. Ceritanya penuh suka dan duka.

Komplain orang tua selalu ada , macam macam, mulai dari makanan, tempat istirahat, perlengkapan bermain dan yang paling sering adalah perilaku si pengasuh. Anak anak yang sudah bisa berbicara lancar, akan mudah mengadukan apa saja yang diterimanya selama di Daycare.

 

Perlakukan teman sesama di Daycare juga menjadi hal krusial, anak anak yang dititipkan di Daycare berasal dari berbagai macam latar belakang. Walau masih anak anak, mereka sudah memiliki sifat bawaan. Ada anak yang cepat sekali marah, mudah menangis, terlalu posesif, terlampau aktif, bahkan ada anak yang memiliki trauma di keluarganya.

Selama di Daycare saya mendapatkan cerita yang sangat banyak. Mengelola Daycare walau secara bisnis cukup menjanjikan tetapi resikonya besar. Dititipkan anak, buah hati yang sangat dicintai orang tuanya. Tentu bukan perkara mudah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun