Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Surya Dharma, Pejuang dari Ulujadi Tuntaskan Wajib Belajar 12 Tahun Belajar

24 Oktober 2023   22:13 Diperbarui: 24 Oktober 2023   22:58 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surya Dharma ( sumber : Instagram @pkbmkhatulistiwa)

Sebelum tahun 2013 pemerintah mewajibkan pendidikan 9 tahun, artinya pendidikan sampai jenjang SMP. Hal ini saja masih sulit diselesaikan. Apalagi setelah tahun 2013, Pemerintah menetapkan rintisan  pendidikan 12 tahun.  Selain kemiskinan, fasilitas pendidikan yang  tersedia  masih belum mencukupi. Jumlah sekolah, jarak sekolah dan transportasi dari rumah ke sekolah juga menjadi problem tersendiri. Apalagi kontur wilayah Sulawesi tengah yang banyak di pegunungan, pulau pulau terluar dan akses jalan yang belum semuanya bisa dilewati kendaraan bermotor.

Surya Dharma merupakan salah satu orang yang tergugah untuk melakukan perubahan ditengah masalah yang terjadi disekitarnya. Di desanya, Surya -biasa ia disapa- melihat banyak sekali anak anak usia sekolah yang akhirnya malah sibuk mencari uang atau bermain tanpa mengenal waktu. Ada yang menjadi tukang parkir, tukang mencuci motor atau mobil, atau pekerjaan kasar lainnya.

Anak anak ini sudah merasa senang karena merasa bisa bekerja dan mendapatkan uang. Tak ada lagi minat untuk menimba ilmu di bangku sekolah. Orang tua pun tak lagi melarang malah ikut merasa senang karena anaknya bisa meringankan beban keluarga.

Surya mulai melakukan pendekatan ke beberapa pihak, baik tokoh masyarakat dan tokoh pemerintahan desa. Awalnya, banyak yang bertanya tanya dan tak tertarik akan idenya ini. Apalagi memulai hal hal baru selalu dicurigai.

Bersama istrinya yang juga berprofesi sebagai guru, Surya mulai membuka pendidikan non formal yang bisa dimasuki oleh anak anak putus sekolah. Mereka hadir di rumah sederhana Surya. Motif kehadiran anak anak ini juga bermacam macam. Ada yang karena ingin kembali belajar , ada yang hanya ingin mendapatkan ijazah Paket A, Paket B dan Paket C atau karena ikut ikutan.

Mengadakan pendidikan PKBM  bukan perkara mudah di tengah kebiasaan anak anak yang sudah terbiasa mencari uang atau bermain. Sifat sifat 'jalanan' masih melekat pada diri anak anak didiknya. Jangan bayangkan kelas akan berisi anak anak yang mudah diatur seperti sekolah umumnya.

Sejak 2011, anak anak yang berminat ikut dalam kejar paket A, B, dan C semakin meningkat. selama 5 tahun berjalan sudah 300 anak yang ikut berpartisipasi. Sudah banyak anak anak yang bisa hidup lebih baik. Bahkan ada yang bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.

Keresahan Surya Dharma kini menjadi sebuah kegiatan yang membantu menyelesaikan masalah di lingkungan terdekatnya. Surya Dharma berharap apa yang di lakukannya menjadi sebuah gerakan yang bisa diduplikasi di beberapa tempat lainnya. 

Sesuai amanat konstitusi UUD 1945 pasal 31 ayat 1 , Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Maka hak inilah yang dijadikan salah satu alasan Surya Dharma untuk mengadakan PKBM Khatulistiwa. 

Sumber gambar : Instagram @pkbmkhatulistiwa
Sumber gambar : Instagram @pkbmkhatulistiwa
Pendidikan Adalah Hak Dasar untuk Semua Warga Negara

Pendidikan adalah hal fundamental yang harus diurus negara. Kesamaan hak untuk mendapatkan pendidikan. Untuk sebagian orang yang telah makmur, pendidikan bukanlah hal yang sulit untuk didapatkan. Namun untuk anak anak di wilayah pelosok, di pulau terluar, di pegunungan, diwilayah yang sulit akses, pendidikan adalah hal mahal yang harus diperjuangkan.

Pendidikan terkait erat dengan banyak faktor, baik fasilitas sekolah, tenaga pengajar, kurikulum, akses  menuju sekolah, budaya hingga faktor biaya lainnya. Dalam data BPS 2022, tercatat angka putus sekolah di Indonesia mencapai 76.834 orang dari jenjang SD,SMP dan SMA. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun