Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenang-kenangan Saya di Toko Buku Gunung Agung dan Era Disrupsi yang Mengubah Segalanya

7 September 2023   12:10 Diperbarui: 16 September 2023   19:29 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toko Buku di kawasan Kwitang | sumber Xena olivia Kompas.com

Kenang-kenangan Saya untuk Toko Gunung Agung

Wilayah Kwitang seperti tempat bermain untuk saya. Rumah saya dulu berada di Kemayoran, tepatnya di Kelurahan Harapan Mulia. Hanya butuh berjalan kaki sekitar 1,5 km saja. Saat itu saya masih masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).

Hampir setiap minggu saya bersama tiga teman sebaya mengunjungi wilayah Kwitang. Motifnya sebenarnya ada dua. Dua teman saya penggemar berat permainan Ding Dong dan dua lainnya penggemar buku. Saya termasuk penggemar buku. Membaca adalah hobi saya yang telah ada sejak saya bisa membaca kata per kata.

Maka sejak bisa membaca, saya sangat gemar dengan semua hal yang berbau tulisan. Koran bekas pembungkus cabe saja akan saya baca dengan tuntas. Kehausan bahan bacaan akhirnya menemui obatnya ketika saya mengenal buku, termasuk Ketika saya mengenal toko buku.

Salah satu toko buku favorit saya adalah Toko Buku Gunung Agung yang berada di Kwitang. Karena di toko buku modern itulah saya bisa membaca buku gratis tanpa diusir petugas toko. Syaratnya asal jangan duduk di lantai. Saya harus kuat berdiri selama membaca gratis di Toko Buku Gunung Agung. Buku yang menjadi favorit saya adalah komik serial Mahabrata dan Ramayana. Kisah tentang Sugriwa, Pandawa , Kurawa, Rama dan Shinta. 

Kegemaran membaca saya memang sudah dalam taraf ‘gila’ . Saya bisa betah berdiri dari pagi hingga siang hari untuk membaca buku di Toko Gunung Agung. Saya memiliki lorong khusus untuk membaca. Saya tinggal membawa buku ke lorong tersebut dan membaca dengan tenang. Tak banyak pengunjung yang lalu lalang di lorong itu.

Namun sebelum saya lanjutkan artikel ini saya akan gambarkan suasana pasar buku Kwitang pada tahun 1985 hingga 1991.

Sebutan kwitang sebenarnya lebih merujuk pada nama asal kelurahan di mana pasar buku ini berada. Di Kwitang ini terdapat beberapa tempat yang menjadi pusat keramaian.

 Pertama, setiap pekan ada pengajian Habib Ali Al Habsyi di jalan Kwitang, maka keramaian jamaah yang hadir dari penjuru Jakarta bahkan dari Bogor, Tangerang, Bekasi dan Depok.

Selain pengajian, hadir juga pedagang mingguan sebagai imbas adanya jemaah pengajian. Pedagang ini menjajakan perlengkapan sholat, baju muslim, minyak wangi, buku-buku agama, dan berbagai macam aksesoris muslim lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun