profesi atau pekerjaan , baik yang formal maupun nonformal. Uniknya, banyak profesi di Indonesia yang tampaknya "didominasi" suku atau daerah tertentu saja. Saya menggunakan kata ‘dominasi’ sebagai gambaran umum yang diketahui masyarakat luas.Â
Di Indonesia, banyak sekali jenisSebagai contoh, profesi pengacara di Indonesia didominasi oleh suku Batak asal Sumatera Utara. Nama-nama pengacara asal suku Batak mudah sekali dikenali karena selalu ada nama marga yang menyertai, seperti pengacara kondang Hotman Paris Hutapea, Otto Hasibuan, Todung Mulya Lubis, Hotma Sitompul, dan Juan Felix Tampubolon.Â
Profesi yang  memberikan jasa pembiayaan barang seperti kebutuhan rumah tangga, biasa disebut tukang kredit keliling, didominasi oleh orang Tasikmalaya. Para tukang kredit ini menawarkan pembiayaan sederhana kepada para ibu ibu rumah tangga. Biasanya mereka membawa buku kecil untuk mencatat angsuran harian. Jumlah angsurannya sangat kecil karena bisa ditagih setiap hari atau setiap pekan.
Orang Tasikmalaya yang menawarkan kredit barang ini sejatinya masuk dalam kategori pembiyaaan mikro tanpa agunan. Tak perlu persyaratan macam-macam, tak perlu mengecek ke sistem laporan informasi keuangan (SLIK) untuk memastikan calon peminjam punya masalah atau tidak.
Konsep ‘saling percaya’ menjadi dasar pembiayaan kecil ini. Saya pernah berbincang dengan sahabat saya dari Tasikmalaya yang pernah menjalankan usaha ini. Butuh 'naluri' khusus untuk memastikan calon peminjam bisa dipercaya atau tidak.
Kasus ibu-ibu mengemplang tagihan memang ada, tapi tidak terlalu besar, biasanya bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Namanya juga kredit, pasti ada yang macet, bahkan peminjamnya ada yang kabur.
Dalam sehari, tukang kredit ini memiliki target menyalurkan pinjaman dan menarik uang tagihan. Menurut info sahabat saya ini, ada wilayah-wilayah yang sudah dipetakan. Jadi, si tukang kredit memiliki area sendiri. Bila ingin ekspansi, ia harus melapor atau minimal memberi tahu kelompok lainnya.
Sejatinya tak ada persaingan di antara tukang kredit. Masing masing sudah punya pelanggan. Bahkan, dengan kemajuan teknologi, si calon peminjam tinggal mengirim pesan WhatsApp ke tukang kredit, jenis barang, dan harga yang disepakati.
Namun, kemajuan teknologi pula yang membuat tukang kredit mendapatkan saingan dari aplikasi pinjaman online, aplikasi cicilan di marketplace yang sangat mudah dan hanya membutuhkan waktu sangat singkat.
Di Indonesia juga ada profesi khusus pengepul barang bekas atau biasa disebut barang rongsokan. Ini salah satu enaknya tinggal di Indonesia. Barang bekas yang sudah tidak digunakan, bahkan sudah masuk dalam kategori limbah, bisa dikonversi alias dijual dan menjadi uang.
Coba bayangkan cerita teman yang tinggal di negara Jepang. Membuang barang yang tidak terpakai jadi masalah lumayan pelik. Membuang TV LED yang sudah rusak tidak bisa seenaknya ke tempat sampah karena akan terkena denda. TV LED tersebut harus dibuang dengan cara membayar jasa. Ada pihak khusus yang akan mengambil barang bekas yang tidak bisa dipakai lagi dengan tarif tertentu dan itu tidak murah. Kalau di Indonesia, TV LED rusak masih ada harganya. Walau mungkin dihargai jauh dari harga beli, minimal tidak mengeluarkan biaya untuk membuangnya.
Untuk barang rongsok, suku Madura mendominasi profesi ini. Mereka biasanya memiliki lapak-lapak pengepul barang bekas. Lapak biasa dibuat semipermanen dan lokasinya mengambil tanah kosong atau rumah yang cukup luas.