Bus sedang berkapasitas 30an orang itu berhenti tepat didepan saya. Kenek segera turun memberikan jalan agar saya bisa naik. Dengan sedikit melompat (kayak flim Kungfu, he he he ) saya naik ke dalam metromini lewat pintu belakang.
Saya mengambil duduk diposisi tengah, dan saya lihat beberapa orang ( tiga orang) pindah tempat duduk ke belakang. Sebagian tetap di posisi depan. Hitungan  saya ada 8 orang semuanya termasuk kenek.
Saya jadi curiga karena semua orang didalam mertomini menggunakan bahasa daerah yang sama. Bahasa satu daerah di pulau Sumatera. Perlu saya informasikan , saya juga anak dari orang tua yang berasal dari sumatera.
Jadi saya tahu logat bahasa daerah  walau tidak sepenuhnya tahu arti dari bahasa daerah ini. Gerak gerik mereka sepanjang perjalanan mulai aneh. Saya seperti ingin diintimidasi. Dengan duduk tak jauh dari tempat duduk saya. Dan sesekali melihat kearah saya.
Alarm bahaya saya segera menyala. Yang saya pikirkan adalah satu, masalah keselamatan diri. Tidak lucu bila harus tewas didalam metromini sendirian, dua, masalah benda berharga didalam tas ransel. tiga , saya harus selamat dan pulang dengan aman dengan semua barang saya.
Malam itu saya menggunakan celana lapangan berwarna hijau mirip celana tentara. Bila malam dengan lampu mertromini sepertinya sudah mirip sekali dengan celana TNI. (saya mirip miripkan saja biar timbul semangat sapta marga....ups)
Rencana saya adalah saya akan turun yang saya bisa bebas bergerak dan bila diperlukan dengan jurus 'seribu Langkah" alias lari (he he). Pokoknya malam itu cukup menakutkan untuk saya.
Setelah sampai perempatan lampu merah Tanah Abang- Cideng -- Jati baru , saya memberhentikan metro mini dengan mengetuk atap bus sebagai tanda saya akan turun. Bersama itu enam orang segera mengepung saya yang akan turun.
Saya  merasakan tangan yang masuk kedalam saku celana, dan tangan yang menarik celaba bagian belakang. Saya pun memberikan respon cepat. Otak reptile saya bekerja sebagai tanda bahaya.
Saya segera berontak dan mendorong orang yang menghalangi saya keluar metromini yang sudah berhenti. Dorongan keras  membuat orang didepan saya terpental keluar sehingga saya bisa lompat keluar metromini.
Saya sedikit menantang sebagai upaya agar tidak dikejar kelompok ini. Setelah itu saya bergerak cepat ke arah stasiun , sambil sesekali melihat ke arah mitromini yang sudah bergerak menjauh.