Sebelum lanjut dengan tema pilihan kali ini, saya akan menuliskan beberapa cerita. Sebagai ulasan bagaimana bila tidak serius atau abai untuk membangun kota layak anak.
Cerita Satu
Siang itu suasana tak terlalu ramai. Matahari seperti menikam ubun-ubun. Panas sekali. Saya pun menepi sejenak di depan sebuah minimarket. Tak lama melintas, di depan saya sekelompok anak. Saya menebak usia mereka antara 10-12 tahun. Saya hitung ada 6 anak.
Dari penampilan mereka bukan anak jalanan, berpakaian rapi walau tak terlihat dari anak-anak menengah atas. Rata-rata memakai kaos oblong dan sendal jepit.
Mereka masuk ke dalam minimarket, namun hanya lima orang, satu orang hanya berdiri di depan minimarket. Ia tak ikut masuk.
Saya awalnya tak terlalu tertarik melihat keenam anak-anak ini. Namun setelah ada satu anak tidak masuk minimarket dan hanya berdiri di depan minimarket insting intelijenku terusik.
Dari luar saya memperhatikan kelima anak ini membentuk dua kelompok. Ada yang berdua dan ada yang bertiga. Kedua kelompok ini menyebar.
Saya semakin tertarik dengam ulah anak-anak ini karena mereka terlihat memperhatikan cctv yang terpasang di beberapa lokasi di dalam minimarket, seperti menandai dimana lokasi cctv tersebut.
Dan tak menunggu waktu yang lama, satu orang terlihat melakukan aksi mengutil beberapa mainan lalu memasukkan ke dalam balik kaos salah satu temannya. Saya baru sadar ternyata ada dua anak yang memakai kaos 'kebesaran' lengan panjang.