Mohon tunggu...
Noval Sahori
Noval Sahori Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Malang

Saya adalah sosok seseorang yang bisa dibilang sedikit berbicara, karena saya lebih banyak menganalisis dalam menjalani kehidupan, akan teta[i saya akan banyak berbicara kepada sosok seseorang yang menurut saya tepat untuk dijadikan tempat cerita, perlu diketahui dianmnya saya bukan introvert. Untuk hobi saya sangat suka sekali bermain futsal atau sepak bola karena dengan bermain keduanya membuat saya merasa bahagia dalam menjalani kehidupan, bukan futsal dan sepak bola saja, akan tetapi saya juga sangat suka menonton dan sekaligus mempelajari tentang keagamaan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nadiem Makarim dan Pendidikan Indonesia: Reformasi yang Belum Selesai?

2 Oktober 2024   15:22 Diperbarui: 2 Oktober 2024   15:38 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nadiem Makarim, mantan CEO Gojek yang kini menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia, telah membawa gelombang perubahan dalam sistem pendidikan Indonesia melalui program "Merdeka Belajar." Ketika diangkat menjadi menteri pada akhir 2019, banyak yang terkejut dengan latar belakangnya sebagai seorang pengusaha teknologi. Namun, pendekatannya yang inovatif dan tidak konvensional memberikan harapan baru terhadap perbaikan sistem pendidikan di Indonesia yang sudah lama dianggap stagnan dan penuh masalah struktural.

Visi besar Nadiem adalah memberikan kebebasan kepada siswa dan guru untuk belajar dan mengajar sesuai kebutuhan dan potensi masing-masing. Program "Merdeka Belajar" mencoba mengurangi beban administratif dan birokrasi dalam pendidikan. Salah satu langkah awal yang diambilnya adalah menghapus Ujian Nasional, yang selama bertahun-tahun menjadi momok bagi siswa dan dianggap tidak relevan dengan perkembangan zaman. Sebagai gantinya, Nadiem memperkenalkan asesmen kompetensi minimum yang lebih berfokus pada kemampuan dasar literasi, numerasi, dan karakter siswa.

Selain perubahan di tingkat siswa, Nadiem juga melakukan reformasi signifikan terhadap sistem pengajaran. Guru-guru, yang selama ini dibebani oleh kurikulum yang kaku dan administrasi yang berlebihan, kini diharapkan bisa lebih fokus pada kreativitas dan inovasi dalam proses belajar mengajar. Platform digital seperti aplikasi Rapor Pendidikan dan berbagai pelatihan daring untuk guru juga diperkenalkan untuk mendukung pengembangan kapasitas tenaga pengajar, terutama di daerah-daerah terpencil.

Namun, reformasi yang dilakukan Nadiem Makarim tidak selalu berjalan mulus. Kritik dan tantangan datang dari berbagai pihak, mulai dari serikat guru yang khawatir terhadap dampak perubahan ini, hingga dari pemerintah daerah yang merasa belum siap menghadapi peralihan ke sistem pendidikan berbasis teknologi. Beberapa pihak juga mempertanyakan relevansi kebijakan yang diambil Nadiem dengan kondisi lapangan di Indonesia, yang masih memiliki kesenjangan infrastruktur pendidikan di berbagai wilayah.

Selain itu, pandemi COVID-19 yang melanda dunia sejak awal 2020 menjadi ujian besar bagi program-program Nadiem. Pembelajaran jarak jauh yang diharapkan bisa menjadi solusi darurat bagi krisis pendidikan selama pandemi justru menyingkap ketidaksetaraan akses terhadap teknologi dan internet di Indonesia. Banyak siswa, terutama di daerah terpencil, tidak memiliki akses memadai untuk mengikuti pembelajaran daring, sehingga memperlebar kesenjangan pendidikan.

Namun, di tengah tantangan tersebut, Nadiem terus mendorong transformasi pendidikan Indonesia dengan memperkuat fondasi digitalisasi dan memberikan pelatihan bagi guru untuk beradaptasi dengan teknologi. Ia percaya bahwa penggunaan teknologi dalam pendidikan adalah keniscayaan yang harus dihadapi, dan sistem pendidikan Indonesia harus siap beradaptasi untuk mempersiapkan generasi muda yang kompetitif di era digital.

Reformasi pendidikan di bawah kepemimpinan Nadiem Makarim sebenarnya masih dalam proses dan belum sepenuhnya selesai. Ia menyadari bahwa perubahan besar seperti ini membutuhkan waktu, komitmen, dan kolaborasi dari berbagai pihak, baik dari pemerintah pusat, daerah, sekolah, guru, maupun orang tua. Menurutnya, pendidikan yang berorientasi pada kebutuhan masa depan tidak hanya membutuhkan kebijakan yang progresif, tetapi juga kesadaran kolektif untuk bergerak bersama menuju perubahan.

Di tengah segala kekurangan dan kritik, Nadiem Makarim telah membuka ruang diskusi dan debat baru tentang arah pendidikan di Indonesia. Reformasi yang diinisiasinya bertujuan untuk menjawab tantangan globalisasi, digitalisasi, dan kesenjangan pendidikan yang selama ini menjadi masalah mendasar. Meski belum sempurna, upayanya merupakan langkah awal menuju sistem pendidikan yang lebih inklusif, merdeka, dan relevan dengan perkembangan zaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun