PT. Integra Indocabinet, TBK merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang produksi dan pengolahan kayu. Perusahaan  ini terus berkembang dan melebarkan usahanya dalam sektor furniture , produk olahan kayu hingga perabotan rumah tangga. Tidak hanya itu, perusahaan ini juga terus melambungkan namanya di pasar dalam negri (domestik) dan luar negri (ekspor). Perusahaan ini berdiri pada tahun 1989. Saat ini, tercatat bahwa Integra Indocabinet Tbk memiliki lebih dari 1.500 total karyawan. Unttuk mendukung proses produksi, perusahaan ini telah membangun fasilitas pabrik dengan luas sekitar 50 hektar dengan kapasitas produksi sebesar: 47.775 meter kubik produksi perabot dan 345.060 meter kubik produksi pelengkap bangunan. Sementara itu PT.Integra Indocabinet sendiri memiliki beberapa anak perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur yaitu : PT. Woodone Integra Indonesia,  PT. Intertrend Utama, PT. Interkraft, serta PT. Intera Indonesia.
PT. Integra Indocabinet, TBK menghasilkan 2 jenis perabotan yaitu perabotan rakit dan perabotan jadi. Perabotan memiliki contoh seperti meja, lemari, kursi dan rak, namun perabotan rakit harus dirakit terlebih dulu sebelum digunakan oleh customer, sedangkan perabotan jadi  langsung bisa digunakan ketika barang sampai pada customer. Pada gudang jadi istilah penerimaan barang jadi dikenal dengan barang Set Up (S/U), sedangkan barang rakit dikenal dengan istilah barang Knock Down (K/D). Selain itu, perusahaan ini juga memproduksi perlengkapan bangunan seperti mentahan kayu (Millwork, Plywood, Lantai Truk), tirai kayu, pintu, dan panil dinding.
Kapasitas yang dibutuhkan diperoleh dengan menghitung jumlah pallet yang harus disimpan. Estimasi waktu yang dibutuhkan pada tata letak gudang awal untuk produk berjenis S4S adalah 33 menit, untuk produk berjenis stich membutuhkan waktu 48 menit, lalu untuk produk berjenis albasia membutuhkan waktu 42 menit. Untuk memasukan produk berjenis stich dan albasia membutuhkan alat bantu penopang dan tiang besi, penopang digunakan umtuk menopang barang sebelum di dorong menggunakan tiang besi, sedangkan untuk produk stich hanya menggunakan penopang produk.
Gudang barang setengah jadi berukuran 30 m x 45 m x 10 m. Pada gudang tersebut dapat menampung berbagai jenis produk diantaranya ada S4S, flat jump, Albaasia, dan stitch. FGWH sendiri memiliki kapasitas 580 produk yang diatur dengan menggunakan metode block stacking.
Tujuan utama pengaturan tata letak warehouse yaitu menemukan metode paling tepat agar pergerakan barang di dalam gudang berjalan lancar. Selain itu, tujuan pengaturan layout gudang juga untuk memaksimalkan luas area warehouse agar biaya penanganan kegiatannya tetap rendah. Biaya ini meliputi kegiatan pergudangan yakni transportasi barang masuk dan keluar serta penyetokan.
Tumpukan barang yang ada pada gudang ditumpuk dengan aturan maksimal ketinggian 700 cm ke atas atau kurang lebih 7 barang yang ditumpuk pada satu tumpukan. Hal ini dikarenakan belum tertatanya gudang sehingga membuat barang ditumpuk ke atas terlalu banyak. Sehingga membuat banyak barang mengalami deflect atau kerusakan karena tumpukan terlalu banyak. Tetapi penentuan tumpukan sudah sesuai dengan jenis barang. Untuk itu maka perusahaan harus mengatur ulang berapa jumlah tumpukan yang dibutuhkan tiap barangnya agar tidak terjadi deflect atau kerusakan pada barang tersebut. Ukuran dari satu tumpukan barang adalah 1 m x 4 m x 1 m.
Tumpukan barang yang berada pada gudang PT.Integra Indocabinet Tbk. Pada gambar tersebut terlihat jelas bahwa tumpukan yang ada pada gudang tersebut terlalu banyak hingga mencapai 7 tumpukan keatas. Sehingga menyebabkan barang tersebut mengalami banyak defect atau kecacatan. Isi dari 1 palet tersebut berjumlah 100 tumpukan kayu. Jika barang tersebut terus ditumpuk dengan menggunakan 7 tumpukan ke atas maka dapat menyebabkan banyak defect yang terjadi. Defect tersebut terjadi dikarenakan tumpukan barang yang terlalu banyak. Seharusnya tumpukan barang tersebut ditumpuk dengan maksimal 5 tumpukan ke atas. Defect yang terjadi akibat tumpukan palet terlalu banyak tersebut berjumlah 15 palet yang tersebar di berbagai tumpukan dan berada di posisi tumpukan paling bawah. Pada 1 palet biasanya terdapat 5-10 kayu yang memiliki defect.
Defect tersebut menyebabkan para staff gudang harus mengembalikan kayu yang memiliki defect didalam palet tersebut pada bagian produksi agar diganti dengan kayu yang baru. Oleh karena itu defect yang terjadi dapat menyebabkan terlambatnya waktu pengiriman dan mengakibatkan banyaknya cost yang dialami akibat defect tersebut. Sehingga laporan yang kami buat mengangkat permasalahan terkait analisis penataan gudang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H