Mohon tunggu...
noval maliki
noval maliki Mohon Tunggu... -

tidak terpenjara dalam kata....terasing dalam realita.....

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mesin Pembunuh Abad 20

6 Januari 2012   23:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:14 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1325909192738060648

Judul Buku: Lenin, Stalin dan Hitler: Era Bencana Sosial Penulis: Robert Gellately Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Penerjemah: Rina Buntaran dan Fairano Ilyas Cetakan: I, 2011 Tebal: 897 Halaman Abad 20 merupakan abad para pembunuh. Jutaan nyawa manusia melayang, dan darah manusia membanjir menggenang. Di daratan Eropa, tiga nama yang menjadi ikon kekejaman pada masa itu; Lenin, Stalin dan Hitler. Nama-nama tersebut selamanya akan dikaitkan dengan arah tragis sejarah Eropa pada paruh pertama abad 20. Ketiganya merupakan diktator Soviet dan Nazi, produk perubahan struktural yang dipicu oleh Perang Dunia I. sebelum 1914, mereka hanyalah orang biasa yang sama sekali tidak berpeluang memasuki kancah politik. Namun, begitu “monster perang” dikobarkan, krisis sosial politik yang menerpa Eropa dan membuka peluang bagi para radikal dan utopis ini. Lenin lahir pada 10 April 1870 dengan nama Vladimir Ilych Ulyanov, dibesarkan dalam keluarga yang berkecukupan di Simbirsk, Rusia. Ia mengikuti kebiasaan revolusioner Rusia yang menggunakan nama alias. Kakek dari pihak ibunya, Dr. Alexander Blank, berdarah Yahudi namun kehidupannya sama sekali tidak bersentuhan dengan tradisi Yahudi. (Halaman 31) Sejak dini ia menjadi aktivis revolusioner dan merupakan praktisi paling fanatik dari Marxisme Rusia di periode pra revolusi. Sebagai pendiri komunisme Soviet, ia adalah pendukung utama didirikannya negara satu partai, kamp konsentrasi, dan teror massal. Ia berkeras bahwa hak hukum dan sipil harus dibatasi. Lenin sama sekali tak berempati terhadap harapan dan aspirasi rakyat biasa. Ia berpendapat kaum pekerja adalah satu-satunya “kelas revolusioner”, tapi jika dibiarkan, mereka “hanya” akan menginginkan gaji lebih tinggi dan perbaikan sosial. Joseph Vissarionovich Dzughashvili, atau Joseph Stalin, berdasarkan biografi resminya lahir 21 Desember 1879, tapi para sejarawan sepakat bahwa tanggal sebenarnya adalah 6 Desember 1878. Stalin adalah penerus logis Lenin, yang membanggakan diri sebagai murid sejati, meski kelak ia mengubah Uni Soviet dengan cara-cara yang hanya bisa diimpikan idolanya. Jadi, Stalin sama sekali tidak menodai atau merusak warisan Lenin seperti yang kadang diasumsikan orang. Teror digunakan pada tahun 1930-an untuk mempertahankan posisi dominan Stalin dan melemahkan pihak oposisi. Stalin menggunakan cara paling keji untuk menyingkirkan segala hal yang berhubungan dengan Rusia lama, termasuk menyingkirkan sisa-sisa kapitalisme, pertanian independen dan alim ulama. Bukan hanya itu, teror juga dimaksudkan untuk mencegah penyakit sosial. (Halaman 332). Lawan “sesungguhnya” akan dilenyapkan dan setiap orang yang kemungkinan menjadi lawan pada masa depan dimurnikan serta dibersihkan. Mereka akan dibunuh atau dikirim ke kamp konsentrasi, di mana mereka tak akan pernah muncul lagi. Antara 1930-1941, sekitar 20 juta orang  dinyatakan bersalah dan dieksekusi. Di Uni Soviet, atas perintah Lenin dan Stalin, terjadi pembunuhan massal yang lebih besar daripada Nazi Jerman. Akan tetapi, Holocaust adalah malapetaka sosial dan kemanusiaan dalam skala yang belum pernah terjadi. Hal ini disebabkan pembunuhan secara industri terhadap jutaan manusia di pabrik maut, yang dilakukan atas perintah negara modern, diselenggarakan secara teliti oleh birokrasi, dan didukung oleh masyarakat “beradab”, yang taat hukum serta patriotis. (Halaman 609) Semuanya dikendalikan oleh Adolf Hitler. Seperti halnya Stalin, tak ada yang istimewa pada asal usul “mesin pembunuh” kelahiran 20 April 1889 ini. Namun, tak seperti kelompok Marxis, Hitler tidak memiliki teori besar yang mendalilkan titik akhir “di luar batas sejarah”. Baginya, hanya sejarah yang ada, di mana keberlangsungan dan keunggulan Jerman hanya bisa dipastikan melalui penciptaan “komunitas bangsa” dengan ras yang murni, bersih dari Komunis, Yahudi, penjahat, orang dari kelas sosial berbeda, serta mereka yang digolongkan tidak memenuhi syarat rasial. (Halaman 14) Salah satu perbedaan besar antara Nazi dan revolusi Rusia adalah di Jerman tidak ada pembersihan. Pengaruh Hitler terhadap, negara, dan bangsa sedemikian besar sehingga ia tidak perlu membunuh musuh-musuhnya. Selain itu, pada tahun-tahun awal sejauh yang diketahui, ambisi Hitler terbilang sederhana dan sebagian besar orang Jerman menyetujuinya. Hitler memadu ideologi berdasarkan nasionalisme, anti-semitisme, dan anti Bolshevisme, dengan hasrat memperluas lebensraum di wilayah timur. Lenin ingin membawa “firdaus” Soviet ke seluruh dunia, sedangkan utopia Nazi dirancang hanya untuk orang Jerman. Hitler berhasil membangkitkan rasa fobia radikal menyangkut orang Yahudi dalam bayang-bayang Perang Dunia Pertama. (Halaman 776) Pembunuhan massal orang Yahudi secara sistematis oleh tentara Jerman di bawah komando Hitler selama Perang Dunia II inilah yang menjadi inti bencana kolosal yang dikupas dalam buku berjudul Lenin, Stalin dan Hitler: Era Bencana Sosial ini. Lahir hasil dari penelitian tentang dua ideologi yang saling bertentangan; Komunisme dan Naziisme, berikut persaingan haus darah antara Stalin dan Hitler. Buku ini memang menyimpang dari pendekatan standar dengan memberikan perhatian besar kepada sosok Lenin. Buku ini juga mengoreksi kecenderungan sebagian besar penelitian tentang Stalinisme yang mengabaikan Lenin atau menggesernya hanya sebagai pemain latar. Padahal, Lenin bukan hanya penting bagi pembentukan komunisme Soviet, melainkan juga bagi perkembangannya. Tekadnya untuk berkuasalah yang menggerakkan para peragu di kalangan sesama Bolshevik pada 1917. Tanpa sedikit pun terbebani keraguan moral maupun kesetiaan pada negaranya, Lenin mati-matian mengharapkan kekalahan Rusia pada Perang Dunia I dan menertawakan sesama Bolshevik yang berpandangan mereka harus membela negara. Sayangnya, buku setebal delapan ratus sembilan puluh tujuh halaman ini hanya menghadirkan tiga sosok yang menjadi mesin pembunuh abad dua puluh awal, di mana ketiganya merupakan musuh ideologi dan politik sekutu. Lihat juga di http://novalmaliki.blogspot.com

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun