Tidak lama lagi, tahapan Pilpres 2019 akan segera dimulai, tepatnya bulan Agustus 2018 mendatang. Lonceng tanda pertarungan politik menuju Pilpres resmi diperdengarkan.
Namun, di balik itu, suasana politik yang sudah panas dan menusuk sudah dimulai. Api pertarungan politik menuju Pilpres serentak dengan Pileg sudah menyembur sebagai penanda bahwa semua kandidat sudah melakukan pemanasan menuju pertarungan yang sebenarnya pada Pilpres 2019 mendatang.
Pergumulan politik semakin hari semakin tak berkesudahan dipertontonkan oleh masyarakat, yang pada akhirnya hanya akan melahirkan generasi sakit hati dan generasi anti move on.
Harus ada solusi kongkret untuk memadamkan api panas di kedua kubu masing-masing, baik di kubu Prabowo maupun Jokowi. Seminimal-minimalnya, salah satu dari kedua kubu tersebut, harus memilih sosok pendamping yang bisa menengahkan, mendamaikan dan mengademkan suasana politik yang semakin panas ini.
Bicara soal sosok yang bisa menjadi penengah, agaknya kriteria semacam ini lebih dekat dan melekat pada diri Jenderal Budi Gunawan (BG).
Ya, dengan memilih BG sebagai pendamping Jokowi, ini akan menjadi kekuatan baru untuk membendung serangan dari kubu sebelah yang begitu agresif dan merajalela ingin merebut kekuasaan.
Kita tahu betapa menggebu-gebunya mereka ingin mengganti Jokowi sehingga kerapkali menghalalkan segala cara. Agama menjadi senjata andalan mereka untuk membantai lawan.
Tak tanggung-tanggung, saking lamanya tak kunjung ejakulasi dalam merebut kekeuasaan, masjid yang seharusnya menjadi tempat ibadah, kini dijadikan tempat  untuk melancarkan manuver-manuver politik mereka.
Ceramah-ceramah atau pengajian yang digelar di masjid membahas soal kisah Nabi dan Rasul, khazanah keislaman, khataman al-Qur'an dan lain-lain, kini sudah amat sulit ditemukan. Yang banyak justeru teriakan kopar-kapir, asing-aseng dan ujaran kebencian lainnya. Miris, miris dan sangat miris.
Fenomena politik semacam ini benar-benar harus segera diselesaikan. Harus ada tokoh yang berani bertindak dan melarang oknum yang menjadikan masjid dan tempat ibadah lainnya sebagai sarana untuk memuaskan hasrat politik kelompok tertentu.
Pertanyaannya, siapakah kiranya tokoh tersebut? Siapa lagi tokoh tersebut kalau bukan Budi Gunawan.