Tak beberapa lama kemudian kami sampai di tempat yang kami tuju sebuah rumah yang nampak asri dan sangat nyaman untuk kami bertiga tinggal selama kuliah nanti.
Abi dan Isal nampak senang, kedua sahabatku itu sudah tak sabar ingin segera masuk kedalam,
"Waaahhhh Ben manteb nih rumah, bakal betah gue!" kagum Isal
" Iya Ben keren " singkat Abi
Lalu ku biarkan mereka lebih dulu memasuki rumah tersebut. Ketika mereka ingin membuka pintu secara bersamaan seseorang membuka pintu dari dalam, Abi dan Isal terperanjat kaget.
"Astagfirullah!!!" teriak Abi dan Isal bersamaan seraya menutup mata dengan kedua tangannya.
Dari belakang aku hanya tersenyum dan segera menyapa orang tersebut.
" Kang Ujang ya? " sapa ku..
" iya,,Mas Beni ya? sama teman-teman nya yang mau nempatin rumah ini kan? sahut Kang Ujang ramah.
Aku menyikut-nyikut kedua sahabatku yang masih menutup mata dengan kedua tangannya dan sedikit mengintip disela-sela jarinya lalu perlahan membuka nya dan bersalaman dengan Kang Ujang. Kang Ujang memang memiliki cacat pada wajahnya seperti bekas luka bakar di separuh wajahnya. Dan ia adalah seorang penjaga rumah yang akan aku tempati bersama kedua sahabatku, teman almarhum ayah telah menitipkan semuanya kepada Kang Ujang.
" Mari masuk " ajak Kang Ujang.