Mohon tunggu...
Novalia Rakhmawati
Novalia Rakhmawati Mohon Tunggu... -

orang yang gila.. gila bercerita..gila menulis :) suatu kesenangan tersendiri jika seseorang menyukai ceritaku :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kontrak Ku dengan-Nya 1

6 Oktober 2010   08:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:40 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Berawal dari kutemukan tubuh sahabat ku Isal yang tergeletak dikamar kosnya dengan mulut berbusa dan jarum suntik yang masih menancap di tangannya.

" Isaaaaaaallll....!!! " teriak ku.

Dengan tubuh gemetar ku coba angkat badan sahabatku yang sudah tidak bergerak.

" oh Tuhan bukan ini yang aku mau " jerit ku dalam hati.

semua ini berbeda dengan awal rencana kita sahabat. mulai ku putar ulang semuanya dari saat sebelum kelulusan itu.

kami bertiga berkumpul ditaman dekat sekolah, tertawa bersama, aku, engkau, dan Abi berjanji tak akan terpisah sampai ketingkat selanjutnya yang biasa disebut Perkuliahan, Maha nya para siswa, tingkat tertinggi para orang terpelajar.

kami berjanji meneruskan studi kami di kota hujan, kita berjanji akan terus bersama. Sampai saat kelulusan itu tiba kita semua bersuka cita. Kau rangkul aku dan Abi kawan, bersama kita lepaskan topi ke udara, saling mengutipkan pesan dan menyematkan tanda tangan bak seorang superstar di baju teman-teman kita.

hari itu kita bangga dengan apa yang sudah kita capai, kita bangga karena kita bisa meneruskan pendidikan kita, kita bangga melihat orang tua kita tersenyum, ahh maksud aku orang tua kalian tersenyum karna orangtua ku sudah tersenyum di surga sana.

" Ssst Bi ituuu " sikut Isal kepada sahabat ku yang super pemalu Abi.

mata isal melirik ke satu arah, dan tepat sekali sudah ku duga, disana berdiri Klaudia dan teman-teman nya seorang wanita pujaan Abi ku yang tampan dan pemalu itu.

dan seperti yang sudah ku duga pula, dengan menunduk Abi menggelengkan kepalanya, namun dengan enteng tangan Isal menoyor kepala Abi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun