Di kamar idealis yang kelam, ku ucapkan perasaan terdalam. Cinta yang kubawa dalam hati, seperti anggur yang memabukkan. Namun, dalam mata yang samar dan lahirnya keheningan, ku capai cinta tanpa mengharapkan jawaban yang pasti.
Kata-kata cinta tumpah bak air dalam deru malam,
saat hati menari dalam riang yang tak terhentikan.
Namun, di matanya yang sunyi, dalam senyap yang membisu. Ku akhiri kisah ini dengan kegelisahan yang menghantuiku.
Mabuk akan cinta, ku lemparkan kata-kata dengan keras,
Seperti gulungan ombak yang tak pernah tahu henti.
Namun dalam melankolis yang merajai pikiranku,
Kubawa beban cinta yang tak terbalas, yang menghantui.
Cinta yang tak menuntut balasan, bagai angin yang berlalu, namun tetap hadir dalam hati, dalam kesedihan yang memilu. malam mabuk yang menggelap, dalam keheningan yang tenang, Ku cintai tanpa syarat, meskipun tanpa jawaban yang pasti.
Kita adalah dua jiwa yang bertemu dalam lorong waktu yang tak pasti. Mungkin suatu hari, cinta ini akan menemukan jawaban, Namun hingga saat itu, kuserahkan diri pada tawa "ehe".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H