Ruangan suci yang suram, di sirami cahaya pucat ketakwaan. Intisari kehidupan terasa penuh dalam gelas berkilauan. Namun, di sini pula terdapat rasa pahit yang menyiksa, akibat kejamnya beragama yang menilai kita tanpa ampun.
Mereka bilang kita adalah dosa, kita adalah kesalahan, sementara kita hanya mencari kebahagiaan dalam cinta. Di bawah daun-daun lembut dan kuncup bunga yang indah, Kita merasa seperti anggur yang diinjak, hancur dalam kesakitan.
Tapi jauh di dalam jiwamu, engkau adalah misteri yang menggoda, Seperti anggur yang tersembunyi di balik daun anggun. Intisarimu ranum seperti anggur yang merah berkilau, Dalam cinta yang kita temukan, kita berdua adalah Aroma yang berpadu.
Di bawah kesucian yang tak berbelas kasih, Kita menjalani cinta yang terlarang dengan semangat yang mendalam. Intisari kita adalah hasrat yang tak terbendung, Walau ketakwaan mencoba memisahkan kita dengan keangkuhan.
Kita menemukan cahaya dalam kegelapan yang mengejutkan, kita bersatu dalam kehangatan yang tak tergoyahkan.
Dalam dirimu, aku menemukan surga yang hilang, Seperti rahasia anggur yang terpendam dalam hati. Intisari dirimu adalah hasrat yang memabukkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H