Mohon tunggu...
novaldi armand
novaldi armand Mohon Tunggu... -

writing is the way of life....

Selanjutnya

Tutup

Money

Mimpi Semu Para Buruh

2 November 2013   17:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:41 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13833875151122785145

Melihat demo buruh yang terjadi selama seminggu ini (dan sudah berlangsung setiap tahunnya entah sejak kapan), dua tahun terakhir menurut saya adalah demo yang paling fantastis, paling bombastis. Bagaimana tidak, mereka menuntut  UMP (upah minimum provinsi) DKI naik menjadi 3.700.000 dari 2.200.000 sekarang atau lebih dari 50%. Dan menuntut kenaikan UMP propinsi lain setidaknya 50%. Mereka tampil sebagai pihak yang tertindas dan menuntut keadilan. Kaum proletar marah. Mereka “bolos” kerja selama seminggu.

Jika melihat dari kacamata saya, permintaan mereka tidak masuk akal. Dan mungkin malah akan menambah “kerutan” ekonomi bangsa ini jika para Gurbernur sepakat untuk memenuhi tuntutan mereka. Semua ini tak lebih daripada mimpi semu para buruh.

Kenapa?

Bayangkan 3 skenario yang mungkin saja akan terjadi bila tuntutan buruh dipenuhi:

Pertama:

Jika upah buruh naik 50% maka bagi pengusaha itu akan dihitung sebagai “biaya”. Dan biaya itu akan mereka limpahkan kepada ongkos produksi dan itu berarti mereka akan meningkatkan harga jual produk mereka, dan yang lucunya, konsumennya mayoritas adalah buruh sendiri.

Contohnya, pabrik sepatu, dengan upah buruh yang mahal, maka pengusaha akan menaikkan harga jual sepatu. Dan bayangkan, itu tidak terjadi hanya pada satu pabrik atau satu jenis produk, melainkan pada semua jenis produk. Hasilnya adalah.... boooommmm!... inflasi. Harga-harga akan naik. Toh, kenaikan upah buruh jadi kurang berarti karena ‘harga kebutuhan’ mereka jadi ikutan naik.

Kedua:

Pengusaha akan memikirkan bagaimana caranya supaya biaya produksi tidak bertambah tinggi. Salah satu cara adalah... pengurangan pegawai! Ya, pengurangan pegawai!. Jika jalan ini yang akan ditempuh pengusaha, maka sebagian yang bedemo sekarang akan kehilangan pekerjaannya tahun depan. Dan upah 3.700.000 itu hanya bisa mereka nikmati dalam mimpi atau sembari gigit jari.

Ketiga:

Dengan alasan yang sama, agar biaya produksi tidak meningkat, pengusaha akan memindahkan pabriknya ke kota lain yang UMP nya lebih rendah atau bahkan ke negara lain. Jika ini yang terjadi, semua buruh yang berdemo sekarang juga akan gigit jari. Tidak hanya itu, karena salah satu dari 3 skenario ini mungkin terjadi, maka inflasi mungkin juga tetap akan terjadi. Walhasil, lah sudah nganggur, harga-harga naik pula.

Dan ada satu lagi. Selain mengakibatkan pengurangan pegawai, tutupnya pabrik atau relokasi pabrik, UMP yang tinggi juga mengakibatkan pengusaha “alergi’ untuk membuka pabrik baru di kota tersebut. Walhasil, jumlah pengangguran bergelimpangan.

Saya perhatikan, yang terlihat kurang dari demo-demo buruh adalah kurangnya kecerdasan. Yah, mereka terlihat kurang cerdas menuntut. Mereka lupa, kalau mereka dan pengusaha itu sama-sama punya satu tujuan... mencari rejeki...

Adalah tidak logis, bila misalnya seorang office boy (sorry, no offence) berharap mereka bisa sejahtera dengan bekerja 20-30 tahun sebagai office boy.

Rasulullah bersabda:

HARI INI HARUS LEBIH BAIK DARI HARI KEMARIN.

Sabda ini bisa direnungkan atau digunakan para buruh untuk “mencerdaskan” tuntutan mereka.

Jadi mereka tidak lagi berharap akan “sejahtera” jika hanya berada di posisi pekerjaan yang sama dalam sekian puluh tahun. Mereka harusnya berpikir untuk “meminta access” untuk meningkatkan kemampuan, kompetensi, kapabilitas mereka. Jika mereka kompeten seiring berjalannya waktu mereka akan mendapatkan posisi pekerjaan yang lebih baik di kemudian hari. Bukan tidak mungkin toh, sekarang satpam, sepuluh tahun kemudian jadi manajer.

Jadi menurut saya... TUNTUTLAH AKSES MEMPERBAIKI DIRI...

Karena pengusaha tidak akan sanggup dengan ekonomi bertumbuh 6 % harus menanggung tambahan biaya upah buruh 50%.

Tuntulah akses memperbaiki diri, misalnya, dibuat peraturan atau kebijakan pemerintah kalau setiap buruh yang berprestasi (kalau buruh yang males mah ga usah) untuk bisa sekolah lagi. Misalkan dengan mengoptimalkan universitas terbuka yang gratis atau berbiaya murah. Atau misalnya berupa beasiswa yang ditanggung pengusaha (atau urunan antara pemerintah dan pengusaha). Atau universitas negeri untuk membuka kelas pegawai sabtu-minggu dengan gratis atau biaya murah atau beasiswa. Dan ini dibuat peraturannya tegas, misalkan berupa undang-undang atau semacamnya (saya kurang paham birokrasi).

Nah jika kompetensi mereka bertambah, tentulah pengusaha akan senang hati untuk meningkatkan posisi mereka (tentu gajinya juga). Atau jika tidak, mereka punya kesempatan yang lebih baik di tempat lain.

So, coba bayangkan itu... teman-teman buruh...

Jakarta 30/10/13 3:01pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun