Presiden berbicara terbuka  saat ingin menyampaikan pidato sambutannya pada pembukaan dan peresmian Musyawarah Nasional Luar biasa [ Munaslub ] Partai Golkar di Bali Sabtu tanggal 14 Mei 2016.
Secara terbuka Presiden Jokowi mengomentari keterlibatan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Menkopolhukam Luhut Binsar Panjaitan di muka forum itu. Meskipun disampaikan secara guyon , tapi fakta yang ingin disampaikan oleh Presiden Jokowi soal dukung mendukung calon Ketua Umum Partai Golkar itu benar adanya.
Menilik soal dukung mendukung calon Ketua Umum Partai Golkar yang dilakukan oleh Jusuf Kalla dan Luhut Binsar Panjaitan , membuka secara transparan kalau kedua figur itu memang ada persaingan. jadi tidak usah lagi dipertanyakan kalau kedua figur itu Jusuf Kalla dan Luhut Binsar panjaitan memang ada kepentingan, siapa yang mengendalikan Partai Golkar. Kepentingannya apa ? tentu ini soal bargaining.
Kepentingan Jusuf Kalla terhadap Partai Golkar jelas, agar posisinya sebagai Wakil Presiden lebih kuat dihadapan Presiden Jokowi. Â Sementara kepentingan Luhut Binsar Panjaitan , adalah agar Partai Golkar bisa diajak bekerja sama dengan Pemerintah.[ mungkin kepentingan Luhut Binsar Panjaitan adalah juga kepentingn Presiden Jokowi ] Â
Yang berkembang di pemberitaan . Wakil Presiden Jusuf Kalla mendukung Ade Komarudin [ Akom ] dan Luhut Binsar Panjaitan mendukung Setya Novanto [ Setnov ], Soal dukung mendukung ini Luhut Binsar Panjaitan lebih terbuka dengan mengatakan suka pada Setya Novanto, sementara Jusuf Kalla lebih main dibelakang dan lebih hati2 tidak secara terbuka mengatakan mendukung Ade Komarudin .
Kembali kepada Pidato Presiden Jokowi , yang menyampaikan keterlibatan Jusuf Kalla dan Luhut Binsar Panjaitan membuat semua menjadi terang benderang diakui bahwa ada keterlibatan Jusuf Kalla dan Luhut Binsar Panjaitan dalam perhelatan Munaslub Partai Golkar itu. Keterlibatan Jusuf Kalla dan Luhut Binsar Panjaitan adalah hal yang lumrah , dan tidak dipersoalkan oleh Presiden Jokowi, karena seperti ucapan Presiden Jokowi, Â Jusuf Kalla adalah mantan Ketua Umum Partai Golkar, sementara Luhut Binsar Panjaitan adalah mantan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar.
Soal siapa yang menang tentu  peserta Munaslublah  yang memutuskan, apakah  jagoan Jusuf Kalla atau Luhut Binsar Panjaitan bisa menang ? bisa iya dan juga bisa tidak,  dan bukan tidak mungkin kedua jagoan itu terpental dan yang menang adalah justru figur diluar kedua nama itu, yang dapat diterima semua pihak ,sebagai upaya mencari jalan tengah untuk kebaikan Partai Golkar.
Melihat peta dukungan, kans Setya Novanto lebih besar dibanding Ade Komarudin, lihat saja Nurdin Halid mendukung siapa, demikian juga Idrus Marham condong kepada siapa, secara tersirat sebenarnya Abu Rizal Bakri juga lebih condong kepada Setya Novanto, karena Setnov sudah membuktikan loyalitasnya kepada ARB.
Bagaimana Golkar kedepan seandainya Setya Novanto terpilih ? sepanjang Setya Novanto terpilih sesuai dengan tata tertib yang sudah diputuskan dan sesuai dengan AD/ART, maka semua akan berjalan normal saja, sekalipun akan ada suara2 sumbang tentang track rekord Setnov. suara sumbang itu akan berakhir dsengan sendirinya., karena memang Setya Novanto terpilih dengan tidak mencederai aturan main yang sudah diputuskan. [ Catatan Setya Novanto apabila menang, harus  tanpa rekayasa apapun ]. Tetapi kalau Setya Novanto menang, ada rekayasa pemilihan, misalnya pemilihan Ketua Umum dengan cara voting terbuka yang ditolak oleh caketum lain selain Setya Novanto maka Partai Golkar akan tambah hancur.Â
Politik adalah kepentingan, semua bisa berubah sesuai dengan kepentingan, jadi jangan kaget kalau Setya Novanto terpilih jadi Ketua Umum Golkar  .
DPD Partai Golkar Propinsi dan DPD Partai Golkar Kabupaten /Kota,sebagai pemilik suara  akan lebih berpikir pragmatis, siapa figur yang royal kepada mereka, karena mengerakkan roda organisasi untuk membesarkan Partai tidak cukup dengan  uang bantuan Pemerintah terhadap Partai Politik yang besarannya ditentukan suara yang diperoleh dan juga urunan dari anggota Partai yang duduk di Legislatif yang dipotong sesuai kesepakatan. Para Ketua DPD Propinsi dan Kabupaten/Kota, akan cencerung memilih Ketua yang punya modal, agar mereka dapat terbantu menggerakkan Partai Golkar di Daerah.