Kemarin pada hari minggu saat digereja ada seorang teman yang mengomentari cara saya berbusana. Menurut dia hari itu saya tampak bagus dan rohani dengan tampilan celana panjang blouse model jepang. Tidak seperti dulu yang pernah pakai pakaian panjang kebawah bagaikan pakai daster. Astaga saya terkaget kaget melihat cara pandang orang tua ini. Bisa benar dia menilai orang dari pakaian yang dikenakan. Astaganaga..orang ini berpikir cara berpakaian manusia mencerminkan kualitas iman percaya orang itu. Dan seakan akan selera dan cara dia berbusana sudah sesuai dengan kaidah iman, etika, maupun trend yang sedang berlangsung.
Saya sangat heran dengan tipe orang seperti ini.Â
Melihat kualitas spiritual orang hanya dari pakaian yang melekat padanya. Mungkin dia harus tahu bahwa saya pernah berdoa untuk nya ketika sedang pakai baju itu. Berpuasa dan memikirkan cara bagaimana supaya dia rise up saat sedang pakai baju itu juga. Trus kalau seandainya saya telanjang ketika beribadah untuknya apakah dia akan tolak hasil doa doa itu? Kalau iya berarti dia harus belajar dulu pada sejarah dimana manusia pertama adam dan hawa justru telanjang. Padahal saat itu hubungannya sangat harmonis dengan penciptanya. Hidup tanpa konflik dengan Tuhan. Justru manusia pertama mulai memikirkan design busana setelah merusak hubungan yang baik itu dengan Tuhan.Â
Padahal pelanggaranlah yang membuat manusia mulai mencari barang barang yang bisa menutupi rasa malunya. Â Justru saat spiritualnya tidak baguslah mereka mulai memakai penutup badannya. Mulai sekarang stop menilai orang dari tampilan luarnya. Karena insan yang lepas dari CINTA GRATISAN SANG PENCIPTA hanyalah tipe orang yang menyepelakan CINTA itu. Tidak ada hubungannya dengan model pakaianmu. Berhati-hatilah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H