Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena penggunaan dialek atau bahasa daerah dalam berita online di Indonesia telah muncul sebagai refleksi perubahan dalam dunia media, khususnya jurnalisme digital. Fenomena ini tidak hanya mencerminkan keberagaman bahasa, tetapi juga berkontribusi dalam memperkuat identitas budaya dan sosial masyarakat, serta menciptakan kedekatan emosional antara media dan audiens.
Dialek, dalam pandangan sosiolinguistik, adalah variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial tertentu, yang dipengaruhi oleh faktor geografis, sosial, atau budaya. Dengan keanekaragaman suku dan bahasa daerah, Indonesia menjadi tempat yang ideal untuk mengeksplorasi peran penting bahasa dan dialek dalam pemberitaan. Penggunaan dialek dalam media online memungkinkan penyampaian informasi yang lebih dekat dengan audiens lokal, sekaligus memperkaya pengalaman budaya.
Media besar seperti Kompas.com dan Detik.com umumnya mengedepankan penggunaan bahasa Indonesia yang baku dan universal, sehingga dapat dipahami oleh audiens dari berbagai daerah. Dengan menggunakan bahasa Indonesia, mereka berusaha menjangkau khalayak yang lebih luas, mengingat pembaca mereka berasal dari seluruh Indonesia. Namun, dalam pemberitaan mengenai isu-isu tertentu, mereka terkadang menyisipkan dialek atau referensi budaya lokal, meskipun hal ini tidak sering dijadikan elemen utama.
Sebaliknya, media lokal cenderung lebih aktif dalam mengangkat dan mengadopsi dialek atau bahasa daerah dalam setiap pemberitaan yang mereka sajikan. Salah satu contoh nyata penggunaan dialek dalam pemberitaan dapat ditemukan pada media lokal di Yogyakarta atau Jawa Tengah yang menyajikan berita dalam bahasa Jawa. Dengan pendekatan ini, media berhasil menarik perhatian pembaca yang lebih akrab dengan bahasa tersebut. Misalnya, Suara Merdeka terkadang menggunakan dialek Jawa dalam artikel lokal mereka, sehingga audiens merasa lebih dihargai dan memiliki akses ke berita dalam bahasa yang mereka pahami. Hal ini mempererat ikatan sosial antar pembaca dari daerah yang sama. Sebagai contoh, "Usrek diperkirakan bakal mengganggu jadwal acara pemilihan kepala daerah (pilkada) Kota Yogyakarta. (SM, 20-7-2001, XV)." dalam kalimat berita tersebut terdapat kata usrek yang berarti kericuhan.
Pemanfaatan dialek dalam berita online juga berfungsi sebagai sarana pelestarian budaya. Di tengah era globalisasi, banyak bahasa daerah yang terancam punah, dan media digital berperan penting dalam mengenalkan bahasa-bahasa ini kepada generasi muda yang mungkin kurang familiar dengan bahasa asli mereka. Sebagai contoh, media Bali seperti Bali Post Online dan Nusabali.com sering menggabungkan bahasa Bali dengan bahasa Indonesia, terutama dalam artikel yang membahas isu lokal, untuk membantu masyarakat setempat lebih memahami dan menghargai budaya mereka.
Selain memperkaya aspek budaya, penggunaan dialek dalam berita online juga meningkatkan aksesibilitas informasi. Bahasa daerah memungkinkan kelompok masyarakat yang kesulitan memahami bahasa Indonesia baku untuk lebih mudah mengakses berita. Di Papua, Tabloid Jubi juga menggunakan bahasa daerah setempat, meskipun tetap menyertakan bahasa Indonesia untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Penggunaan dialek ini memperkuat hubungan dengan audiens lokal sekaligus melestarikan bahasa dan budaya mereka.
Namun, meski penggunaan dialek membawa dampak positif, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah potensi ketidakpahaman di kalangan audiens yang tidak terbiasa dengan dialek tertentu. Pembaca dari luar Jawa, misalnya, mungkin mengalami kesulitan memahami istilah dalam bahasa Jawa, yang dapat membatasi jangkauan audiens serta mengganggu pemahaman terhadap informasi.
Tambahan lagi, terdapat risiko kesalahpahaman atau penyalahgunaan dialek. Penggunaan dialek yang tidak tepat dapat merusak kredibilitas media. Oleh karena itu, penting bagi jurnalis untuk memahami dialek yang mereka gunakan dengan baik agar tidak menyesatkan audiens.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, penggunaan dialek dalam berita online mencerminkan perkembangan jurnalisme yang semakin inklusif. Media kini mengakomodasi keberagaman bahasa daerah sebagai bagian dari kekayaan budaya nasional, menunjukkan bahwa mereka tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga berperan sebagai penjaga dan pelestari bahasa serta budaya lokal.
Secara keseluruhan, penggunaan dialek dalam berita online memberikan dampak yang positif terhadap keberagaman budaya dan sosial. Selain memperkaya pengalaman dalam jurnalisme digital, penggunaan dialek juga berperan dalam memperkuat identitas lokal, meningkatkan aksesibilitas informasi, dan kayaan budaya Indonesia. Meskipun terdapat beberapa tantangan terkait pemahaman dan akurasi penggunaan dialek, fenomena ini menunjukkan bahwa media digital semakin peka terhadap pentingnya inklusivitas dalam pemberitaan. Dengan demikian, media digital juga berperan sebagai pelestari budaya di tengah perubahan zaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H