Mohon tunggu...
Nova Eliza Bachri
Nova Eliza Bachri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Jakarta

Hobi mendengarkan musik dan suka jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif Pada Siswa

20 Desember 2024   02:33 Diperbarui: 20 Desember 2024   02:33 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto saat melakukan wawancara

Konsep diri pada siswa dapat dibedakan menjadi dua kategori utama: konsep diri positif dan konsep diri negatif. Kedua konsep ini mempengaruhi bagaimana siswa memandang diri mereka sendiri, berinteraksi dengan orang lain, dan menghadapi tantangan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa yang memiliki konsep diri positif cenderung memiliki pandangan yang baik tentang diri mereka, seperti mampu menerima kelebihan dan kekurangan mereka. Mereka memahami bahwa setiap individu memiliki nilai yang berbeda. Dengan adanya konsep diri positif menunjukkan stabilitas emosional dan dapat mengelola perasaan mereka dengan baik. Mereka tidak mudah terpengaruh oleh kritik dan dapat menerima pujian dengan rendah hati. 

Sebaliknya, siswa dengan konsep diri negatif sering kali mengalami berbagai masalah psikologis dan sosial, seperti siswa merasa lemah, tidak kompeten, dan sering kali berpikir bahwa mereka tidak berharga. Hal ini dapat menyebabkan perasaan rendah diri dan pesimisme. Menghindari interaksi sosial karena takut ditolak atau dianggap tidak disukai oleh orang lain. Ini dapat mengakibatkan isolasi sosial. 

Konsep diri positif menurut Hurlock adalah pandangan yang sehat dan optimis tentang diri sendiri, yang mencakup penerimaan hingga kelebihan dan kekurangan individu. Konsep ini berperan penting dalam membentuk kepribadian dan mempengaruhi cara seseorang menghadapi tantangan dalam hidup. Konsep diri positif adalah elemen kunci dalam pengembangan pribadi yang sehat. Dengan menerima diri sendiri secara utuh dan mengembangkan sikap optimis, individu dapat menghadapi berbagai tantangan hidup dengan lebih baik. Hurlock pentingnya bahwa pentingnya membangun pandangan positif terhadap diri sendiri agar dapat mencapai potensi maksimal dalam kehidupan sehari-hari. 

Hurlock menjelaskan bahwa konsep diri negatif dapat terbentuk melalui pengalaman-pengalaman hidup yang buruk, seperti kegagalan atau kritik yang berlebihan dari orang tua atau lingkungan sekitar. Ketidakmampuan untuk menerima dan menghargai diri sendiri juga berkontribusi pada pembentukan konsep diri negatif ini. Konsep diri negatif dapat menghambat individu dalam mencapai potensi maksimalnya. Rasa rendah diri dan janji untuk menghadapi tantangan dapat berujung pada depresi atau kecemasan yang lebih serius, serta mempengaruhi hubungan sosial mereka. Untuk mengubah konsep diri negatif, Hurlock menyarankan individu untuk belajar menerima dan menghargai diri mereka sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangan. Ini termasuk mengubah cara pandang terhadap diri sendiri agar lebih positif, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kepercayaan diri dan memfasilitasi pertumbuhan pribadi. 

Saya melakukan wawancara ini kepada salah satu murid SMA yang nilainya rendah di daerah Jakarta. 

Konsep Diri Positif 

AS menyadari bahwa ia mudah mengerti apa yang guru ajarkan dan pengalamannya ketika dipanggil oleh guru untuk menjelaskan apa yang telah guru sampaikan. Ketika AS menghadapi kegagalan atau kesalahan, ia akan lebih berhati-hati dalam menjawab soal ataupun materi yang sudah dterangkan oleh guru. Kemudian AS lebih bijak ketika mengambil keputusan, karena ia tau ia mempunyai kekurangan yaitu tidak tampil percaya diri. 

Konsep Diri Negatif

AS mengakui bahwa ia kurang mampu memahami dalam beberapa mata pelajaran. AS juga sangat menyesal ketika ia pernah menyontek saat mengerjakan tugas atau saat ujian dan ternyata nilai AS sangat rendah. AS tidak pernah ragu ketika ingin mencoba sesuatu tetapi ia hanya tidak percaya diri saat ingin mencoba. AS juga sering jenuh saat belajar dikarenakan guru yang mengajar terlalu serius dan tidak seru saat mengajar, yang akhirnya membuat AS menjadi bosan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun