Gerakan PNI Baru pun akhirnya benar-benar membuat Belanda gerah. Sutan Sjahrir pun akhirnya dipenjarakan di Penjara Glodok bersama rekan-rekan lain, termasuk Mohammad Hatta. Tak hanya itu, beliau pun akhirnya ikut diasingkan di Digul bersama Mohammad Hatta. Jika Mohammad Hatta yang introvert terlihat lebih santai dengan buku-bukunya selama di pengasingan, maka Sutan Sjahrir adalah seorang ekstrovert yang tidak terbiasa hidup jauh dari peradaban.Â
Beberapa kali beliau tampak mencoba bertahan hidup dengan sering berbincang dan mengunjungi sesama rekan-rekan senasib di Digul. Mungkin dengan cara itulah beliau bisa bertahan hidup. Beliau juga sempat menyalurkan semangat hidupnya dengan mengajar anak-anak di Banda Neira. Hingga akhirnya pada tahun 1942, Sutan Sjahrir dibebaskan dari pengasingan saat Jepang sudah menduduki Indonesia.
Bisa dibayangkan, di tengah keputusasaan dalam menjalani hidup, sepercik semangat juang yang dimiliki Sutan Sjahrir bisa diubahnya menjadi kekuatan untuk melayani anak-anak di pengasingan. Pernahkah kamu melakukan hal bermanfaat untuk sesama ketika kamu berada di titik nadirmu?
Si "pembangkang" yang berbeda pandangan dengan Soekarno-Hatta saat masa pendudukan Jepang
Gaya berpikir Sutan Sjahrir yang kritis menyebabkan perbedaan pandangan muncul antara beliau dengan Soekarno dan Hatta. Jika kala itu Soekarno dan Hatta memilih untuk kooperatif dengan Jepang, maka Sutan Sjahrir memiliki pendapat lain. Bagi beliau, kemerdekaan masih bisa didapatkan tanpa harus "bersahabat" dengan Jepang. Maka, Sutan Sjahrir pun diam-diam membangun jaringan bawah tanah untuk tetap mengobarkan semangat kemerdekaan bagi para muda. Beliau aktif mengikuti perkembangan perang dunia lewat radio-radio yang bahkan mungkin tidak diketahui Soekarno maupun Hatta.
Mungkin di sinilah sosok Sutan Sjahrir menjadi tak secemerlang Soekarno ataupun Mohammad Hatta. Namun jangan salah, gerakan bawah tanah yang dipelopori Sutan Sjahrir inilah yang kemudian menjadi awal mula munculnya pemuda-pemuda berani di balik peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia. Keyakinan dan semangat Sutan Sjahrir ini patut ditiru anak muda sekarang. Berbeda haluan bukan berarti berbeda tujuan. Mempersiapkan jalan yang sama baiknya justru jauh lebih baik daripada hanya berdiam diri.
Pasca Indonesia merdeka, Sutan Sjahrir berperan penting dalam perjuangan pengakuan kedaulatan Indonesia di mata dunia. Proklamasi kemerdekaan Indonesia pun akhirnya digaungkan pada 17 Agustus 1945. Indonesia yang kala itu membutuhkan pengakuan kedaulatan internasional terselamatkan oleh sosok Sutan Sjahrir. Terpilih sebagai perdana menteri Indonesia, Sutan Sjahrir segera bergerak untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Saat itu Indonesia memberikan bantuan kepada India yang sedang krisis pangan. Dari situlah Indonesia mulai memperoleh simpatik dari Inggris. Di luar dugaan, India pun akhirnya bisa lepas dari kolonial Inggris. Tak hanya itu, Jawaharlal Nehru yang menjabat sebagai perdana menteri India mengundang Indonesia di Konferensi Hubungan Negara-Negara Asia di New Delhi. Sutan Sjahrir pun cerdik memanfaatkan momen tersebut untuk melancarkan diplomasi untuk memperoleh pengakuan dunia atas Indonesia. Sutan Sjahrir juga berperan dalam perundingan Linggarjati bersama Belanda hingga akhirnya Indonesia resmi memperoleh kedaulatan dari hasil Konferensi Meja Bundar yang diikuti Mohammad Hatta.
Terlihat bahwa Sutan Sjahrir adalah sosok pejuang diplomasi. Beliau tidak menggunakan senjata atau peperangan dalam upaya mempertahan kemerdekaan. Segala hal yang dilakukan Sutan Sjahrir selalu dipelajari terlebih dahulu dengan bekal ilmu dan pengalaman. Sungguh pantas bila Sutan Sjahrir disebut sebagai tokoh cerdik Indonesia.
Tak Lagi Menjadi Bagian Politik Indonesia : Sutan Sjahrir Meninggal Saat Menjalani Pengasingan
Sayangnya, karier Sutan Sjahrir sebagai perdana menteri Indonesia pun akhirnya meredup. Hubungannya dengan presiden Soekarno juga menjadi tidak baik. Partai Sosialis Indonesia yang dibentuknya gagal dalam Pemilu 1955. Nama Sutan Sjahrir pun kian meredup. Pada tahun 1962, terjadi peristiwa percobaan pembunuhan pada presiden Soekarno.Â