Mohon tunggu...
Nova Enggar Fajarianto
Nova Enggar Fajarianto Mohon Tunggu... Freelancer - anak muda yang akan terus belajar

Penggiat Literasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jika Kenangan Lebih Penting daripada Kesehatan

12 Mei 2020   16:44 Diperbarui: 12 Mei 2020   16:49 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Belum lama ini kita dihebohkan dengan sebuah berita penutupan Gerai McDonald's atau McD Sarinah yang berlokasi di Sarinah Thamrin, Jakarta Pusat. Gerai tersebut merupakan gerai McD pertama yang beroperasi, sebelum akhirnya tersebar di seluruh Indonesia. Dari berbagai sumber media elektronik, salah satunya Kompas.com tanggal 12 Mei 2020 menyebutkan bahwa penutupan gerai tersebut merupakan permintaan manajemen Sarinah karena akan dilakukan renovasi gedung dan perubahan strategis bisnis.

Gerai yang telah berdiri selama 30 (tiga puluh) tahun ini menyimpan segudang kenangan yang tak terlupakan di hati pengunjung. Tempat keluarga untuk makan bersama, mengadakan perayaan ulang tahun sampai dengan kegiatan favorit yang dilakukan oleh anak-anak muda.  Teman kuliah saya dulu sering menghabiskan waktu berjam-jam di McD Sarinah. Ia menceritakan kisahnya di insta story Instagram tanggal 8 Mei 2020.

"Terlalu banyak kenangan.....abis les di IFI balik makan situ bentar...pas uas uts cari tempat yang buka available 24 jam (buat belajar di luar rumah) abis kalo di sbuxnya tekor...abis jogging CFD nongki disitu....kalo susah cari tempat solat di sabang atau deketan sana pasti larinya kesitu.....tidur ampe pagi disitu nemenin temen.....abis city tour tempat paling enak buat titik kumpul....sebelum zaman zoom booming, selalu pake di sana buat online meeting....terlalu strategis buat ditutup sih menurut gw (emot menangis) terima kasih McD Sarinah".

McD Sarinah relevan dengan dunia anak muda yang suka hang out bersama teman-temannya. Tidak hanya sekedar sarapan, makan siang, ataupun makan malam, tempat ini juga dapat dimanfaatkan untuk belajar bersama. Kita bisa berlama-lama tanpa takut diusir oleh petugas, karena operasinya buka 24 jam. McD ini juga menjadi tempat favorit anak muda untuk melakukan pendekatan (PDKT) dengan lawan jenisnya. Sebagai saksi sejarah bagi remaja menemukan pujaan hatinya.  

Dari berbagai kenangan indah yang tercipta, ternyata membuat sebagian pengunjung datang berduyun-duyun ke McD Sarinah. Mereka mengabadikan momen sebelum McD Sarinah benar-benar ditutup pada tanggal 10 Mei 2020 malam. Mengutip berita dari Kumparan.com tanggal 11 Mei 2020 dan cuitan dari @adriansyahyasin, mengatakan bahwa masyarakat berbondong-bondong membawa keluarga, hewan peliharaan dan teman bersepeda datang ke McD Sarinah, yang pertama di negeri ini yang akan pergi meninggalkan kita semua mulai esok.

Apa yang dilakukan sebagian masyarakat, seolah melupakan aturan PSBB Pemerintah. Seolah mengabaikan ganasnya penyebaran virus COVID-19. Mereka tetap mengambil momen, sekedar say good bye dengan McD Sarinah. Lalu bagaimana dengan efek berkerumun dengan massa? Bukankah itu yang menyebabkan virus Corona terus menyebar? Bukankah itu yang dilarang oleh pemerintah untuk saat ini?. Ternyata semua kenangan yang terjadi di McD Sarinah, menyihir mereka untuk mengabaikan social distancing.

Kesan yang dapat diambil dari sebuah kejadian tersebut membuat sebagian orang iri. Kita sudah berusaha untuk tidak keluar ke mana-mana, namun masih banyak orang yang bepergian seenaknya. Kita yang terus berharap Covid-19 turun, masih terus 'tersakiti' oleh mereka yang berkerumun massa. Meminjam kata-kata bijak dari seorang teman, "percuma kita hati-hati di jalan, jika orang lain tidak hati-hati". Kecelakaan akan tetap terjadi.

Mungkin inilah salah satu penyebab munculnya kata Covidiot, istilah dari laman kamus bahasa gaul dunia, Urban Dictionary. Gabungan kata dari Covid-19 dan idiot, yang mengandung salah satu arti: seseorang yang mengabaikan peringatan terkait kesehatan atau keselamatan publik. Wajar jika pemerintah 'marah', wajar jika kita juga resah. Jika ingin terlepas dari corona, tentu kita harus lakukan bersama-sama. Tidak berat sebelah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun