Beberapa tips untuk para jurnalis ataupun citizen journalism secara singkat:
Mewawancarai penyintas
- perhatikan bahasa tubuh dan kondisi nara sumber: setelah peristiwa traumatik biasanya mereka sensitif terhadap sorot lampu, blitz, kamera, pematik rokok, suara air dituang atau asap. Buatlah suasana yang kondusif
- memperkenalkan diri dengan jelas: tidak semua orang mau masalah dan penderitaannya diungkap media
- menghargai sikap korban: jika narasumber yang masih trauma menolak untuk diwawancara
- memberikan pengertian kepada korban: wartawan berhak merahasiakan narasumber dari pihak manapun
- memulai wawancara dengan ungkapan simpatik: kalimat saya ikut prihatin dengan yang ibu/bapak hadapi bisa menjadi pembukaan yang bagus
- mulai dengan pertanyaan yang ringan: pertanyaan yang bisa membuat akrab
- hindari pertanyaan mencecar: menggali informasi dengan pertanyaan terbuka, misal dimana anda saat kejadian berlangsung
- banyak mendengarkan bukan berbicara
- menunjukkan penghargaan atas kerjasama narasumber
- observasi kondisi korban
- memanfaatkan sumber alternatif
Mengelola Diri
ketika meliput:
- mengutamakan keselamatan
- peka terhadap kondisi psikologis diri sendiri
setelah dan sebelum meliput
- cari seseorang yang mampu mendengarkan cerita anda
- ungkapkan perasaan
- lakukan aktivitas yang menyenangkan
- perbanyak pengetahuan tentang stres pascatrauma
- konselor atau psikolog bila diperlukan
- meliput hal yang berbeda
Tanpa peran dan perjuangan para jurnalis, kita tidak akan bisa mengetahui peristiwa penting yang terjadi saat ini. Walaupun terlambat, saya ingin mengucapkan selamat hari pers semoga pers kita semakin lebih baik lagi khusunya dalam meliput bencana, baik bencana alam maupun bencana yang dibuat oleh manusia.
Terima kasih untuk para jurnalis !!
sumber: buku saku meliput peristiwa traumatik edisi ketiga, 2009. Yayasan Pulih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H