Mohon tunggu...
Muhammad Nouval Puja Kesuma
Muhammad Nouval Puja Kesuma Mohon Tunggu... Mahasiswa - stay alive and be proud.

Amorfati

Selanjutnya

Tutup

Diary

Dewasa Menerima

5 Oktober 2023   00:11 Diperbarui: 5 Oktober 2023   00:21 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Dewasa Menerima

Konon katanya, fase dari masa remaja menuju dewasa ialah salah satu fase yang cukup sulit untuk dilalui. Dalam fase ini, banyak perubahan yang terjadi begitu drastis, terutama dalam segi emosional. Seperti contoh, saat remaja terasa mudah untuk memutuskan suatu hal, namun di saat memasuki fase dewasa, segalanya selalu perlu diperhitungkan.

Lebih dari itu, seiring waktu akan dipaksa untuk lebih siap menerima peristiwa-peristiwa yang akan terjadi secara tak terduga, pun sering kali datang dengan cara mengejutkan. Kehidupan akan semakin memperlakukan manusia tak pandang bulu, tidak peduli bagaimana kondisi diri, entah dalam keadaan tidak mampu, lelah, bahkan terpuruk sekalipun, mau tidak mau hati harus berkerja lebih keras dalam menerima segala yang datang.

Selain hati, pikiran memainkan peran yang sangat penting dalam fase ini. Bahkan mungkin yang seharusnya bekerja jauh lebih keras dari pada hati adalah pikiran. Karena jika hati dipekerjakan lebih lama dari pada pikiran itu sendiri, bisa jadi seseorang akan kehilangan kesempatan untuk melewati segala yang terjadi, dan kehidupan tidak akan ragu-ragu menghakimi diri manusia secara sepihak.

Oleh karenanya, penting bagi mereka yang berada dalam fase pendewasaan hingga merasa memuakkan, untuk mengetahui salah satu seni kehidupan yakni bagaimana 'seni menerima' itu bekerja. Seni ini diambil dari filsafat Yunani-Romawi, atau yang biasa dikenal orang dengan Filsafat Stoikisme.

Singkatnya, seni menerima ini menjelaskan bahwa yang terjadi di kehidupan seorang manusia terbagi menjadi 2, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi presepsi, keinginan, tujuan, opini, kebahagiaan, kesedihan, atau segala sesuatu yang berada dibawah kendali diri sendiri.

Sedangkan faktor eksternal ialah meliputi tindakan orang lain, pendapat orang lain, kesehatan, kekayaan, kondisi saat lahir, peristiwa alam, atau kebalikan dari faktor internal yaitu segala sesuatu yang berada diluar kendali kita.

Dari kedua hal tersebut, yang menjadi persoalan disini adalah bagaimana cara menyikapi faktor eksternal dengan baik. Sering kali diantara kita keliru dalam meletakkan faktor eksternal ini. Padahal jelas terlihat bahwa faktor eksternal yang sebenarnya terjadi terletak diluar kendali hati dan pikiran seorang manusia. Jadi alangkah baiknya untuk tidak menaruh bahagia pada sesuatu yang berada diluar genggaman kita.

Memang sulit untuk menghadapi fase pendewasaan secara bijak, terlebih tidak selamanya seseorang mampu untuk selalu berpikir jernih. Namun, ada sebuah kesimpulan dari seni menerima ini yang mungkin dapat dijadikan landasan dalam menyikapi suatu persoalan, yaitu:

"Semua manusia sama dalam kapasitasnya menggapai kebahagiaan dan hidup yang baik. Baik kaya atau miskin, tampan atau pas-pasan, cantik atau jerawatan. Kebahagiaan bukan milik siapapun secara sepihak. Sebab letak kebahagiaan adalah pada mereka yang memiliki pikiran dan hati yang besar dalam menerima segala, dan yang selalu percaya bahwa setiap peristiwa yang terjadi menyimpan makna besar dibaliknya."

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun