Mohon tunggu...
Nouval zikrimiftahadi
Nouval zikrimiftahadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - IAIN SYEKH NURJATI CIREBON

SAYA MAHASISWA JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM IAIN SYEKH NURJATI CIREBON

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kejamnya Dunia, Tetapi Semangatnya Mencari Rezeki Tak Pernah Luntur

23 Juni 2023   13:13 Diperbarui: 23 Juni 2023   13:21 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejamnya dunia, tetapi semangatnya mencari rezeki tak pernah luntur

Tukang parkir, adalah pekerjaan yang hanya di pandang rendah oleh sebagian orang. Namun tidak banyak orang mengira bahwa menjadi seorang tukang parkir adalah pekerjaan yang mulia. Itulah profesi yang sampai saat ini dijalani Bapak Yadi. Ayah dari tiga orang anak ini sudah 8 tahun menjadi tukang parkir di Indomaret pasar Kalitanjung Cirebon. Pekerjaan kecil yang sehari-hari dijalani dengan penuh rasa tanggung jawab yang besar tidak membuat Bapak Yadi menyerah dan berkecil hati.

Sosok yang tak pernah kenal pamrih. Pemikul beban berat yang tak pernah mengeluh dan merintih. Dialah seorang Ayah. Tak pernah peduli siang dan malam mengumpulkan pundi-pundi rupiah demi kelangsungan hidup keluarganya.

Menertibkan kendaraan-kendaraan roda dua dan empat dengan rapinya. Toko Indomaret Kalitanjung Cirebon telah menjadi saksinya selama 8 tahun. Dia kadang melamun dan berpikir; "Cukupkah rupiah-rupiah ini aku berikan kepada mereka dirumah?", dalam hati ia membatin.

Tidak jarang, dia harus menahan nafsunya untuk memakan makanan yang terasa enak di lidah, demi istri tercinta dan ketiga anaknya. Malangnya, dia lebih memilih berlaukkan kerupuk dan nasi. Kemudian memberikan lauk ikan, tahu, tempe kepada orang istimewa di rumah kontrakannya.

Dulu, waktu dia masih bujangan hidupnya terbilang makmur. Dia dulu bekerja sebagai seorang karyawan di salah satu perusahaan dan bergaji lumayan. Namun, sifat royalnya di masa muda itu tak bisa dibendung. Dia tak segan mentraktir kawan-kawannya berapapun jumlahnya. Dia tak pernah terpikir untuk menabung. Pada waktu itu Dia harus terkena PHK atau di berhentikan dari perusahaannya akibat perusahaannya bangkrut, sehingga yadi pun memilih untuk menjadi tukang parkir.

Laki-laki kelahiran Cirebon ini bercerita tentang komisi yang ia peroleh dari profesi yang dijalaninya ini, "Rp.100.000, kalau lagi rame, kalau lagi sepi paling cuma Rp.50.000". Tentu hasil tersebut hanya untuk biaya makan Ia per-hari dan untuk biaya bayar kontrakan. Walaupun dengan pendapatan yang pas-pasan dan tak seberapa itu, Bapak Yadi tetap menerimanya dengan ikhlas penuh rasa syukur. Ia selalu menganggap bahwa ''Apabila pekerjaan selalu dijalani dengan ikhlas, maka akan menjadi berkah''. Dengan kondisi ekonomi seperti ini, Bapak yadi berusaha dengan baik mengatur pengeluaran yang diperlukan dan dibutuhkan.

Hidup dalam keadaan yang serba kekurangan membuat Yadi dan keluarganya sering mendapat hinaan bahkan fitnah. "Tetangga-tetangga sering bilang, orang seperti saya dan keluarga mana mungkin bisa hidup enak," ujar pria kelahiran 1971 itu sembari mengingat hinaan yang dilontarkan kepadanya. Namun, keluarga Yadi tetap utuh dan bersatu di tengah hinaan dan fitnah yang mereka terima bertubi-tubi. Hinaan dari para tetangganya menjadi pengalaman hidup yang begitu berarti bagi Yadi dan keluarganya.

Tak hanya membantu mengatur kendaraan yang keluar masuk ke tempat parkir, ia juga memayungi pelanggannya saat akan masuk maupun keluar dari kendaraannya pada saat hujan sedang turun. Totalitasnya dalam bekerja tentu menuai banyak pujian dari orang sekitar. Menurut pandangan orang sekitar sangat jarang ada tukang parkir yang begitu peduli dengan pelanggannya.

Yadi 52 tahun yang tiap harinya bekerja sebagai tukang parkir mengeluh pengunjung toko Indomaret menurun hingga 50 persen akibat Pandemi Covid-19. "Sedih soalnya toko Indomaret ini sekarang lagi sepi. Sehari biasanya parkiran ramai, kini turun dan sepi,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun