Mohon tunggu...
Nour Payapo
Nour Payapo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Harmony

Hanya fikiran Universal dapat menjawab masalah - masalah yang mengancam ketentraman dan kedamaian dunia. Universal itu tidak akan bertolak belakang dengan bagian Universal lainnya, apapaun tingkat masalahnya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ateis Menertawakan Kita

20 Mei 2021   11:25 Diperbarui: 20 Mei 2021   11:40 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tembok Ratapan bersebelahan dengan Masjid Aqsa,

Jika pandangan tentang nubuah kita tarik sedikit membesar ke belakang. Di saat Musa Alaihissalam meninggalkan kematangan (istana) untuk tertindas/menderita bersama kaumnya, di saat Yesus (Isa Putra Maryam Alaihissalam) tertindas berjuang melawan otoritas penguasa Bizantium, serta Muhammad dengan kelompok kecil Islam tertindas oleh pengendali Baitullah (Ka'bah) hingga terusir ke Madinah. 

Penderitaan Musa, Isa dan Muhammad merangsang rasio kita untuk merenungi proses awal lahirnya Yahudi, Nasrani dan Islam. Mereka lahir dari kelompok tertindas. Al-Quds menjadi saksi atas segala penindasan yang berulang kali terjadi dari periode ke periode. Yahudi pernah tertindas di sana, Nasrani juga pernah tertindas di sana, dan Islam kini sedang tertindas di sana. 

Geometri ketertindasan manusia dapat diukur bahkan sangat detail. Islam tertindas, Nasrani dan Yahudi pernah tertindas. Artinya, ada skenario besar pemilik universe ini untuk melanggengkan umat Yahudi, umat Nasrani dan umat Islam bertemu dalam satu titik. Pertemuan semua agama langit diperjuangkan dengan susah payah itu kemudian mengisyaratkan Taurat-Injil-Alquran menyatu di Al-Quds. Meskipun kini simpul Al-Quds sedang mempertontonkan perbedaan-perbedaan ketimbang persamaan-persamaan.    

Persoalan sepeleh telah membutakan mata kita, bahwa titik simpul Al-Quds harusnya membangkitkan kesadaran tentang seorang Ibrahim. Masih ada Abraham, yang melahirkan kita secara genekologis juga teologis. Ibrahim itu bukan Yahudi, Ibrahim bukan Nasrani dan Ibrahim bukan Islam. Ibrahim/Abraham adalah simpul Yahudi-Nasrani-Islam. Ibrahim bapak teologi kita. Dan kita dapat menyatu, kita itu satu. 

Idealnya nilai-nilai indah yang tertuang dalam Taurat-Injil-Alquran menjadi pedoman, karena nilai-nilai itu berasal dari samawi (langit). Nilai-nilai itu konstan, memiliki konektifitas antara satu dengan yang lain karena bersifat konsisten dan kontinyu. Karena konstan, maka yang diperjuangkan Musa, Isa dan Muhammad dengan penderitaan mereka bukan nilai-nilai yang kaku, tidak stabil serta sempit. Musa, Isa dan Muhammad didominasi oleh kemuliaan langit (samawi). 

Kemuliaan mereka lahir dari penderitaan untuk memperjuangkan nilai. Seyogyanya kemuliaan-penderitaan mereka memberi petunjuk utama bahwa negara-agama atau fanatisme sempit terhadap keduanya wajib untuk memahami langit. Memahami doa yang disampaikan Ibrahim kapada anak cucunya (Yahudi-Nasrani-Islam) untuk berkuasa di bumi. Dan doa itu dikabulkan. 

Perbedaan di Al-Quds jelas sekali bukan perbedaan substansial. Perbedaan yang tidak memiliki dasar kuat. Argumen manusia hari ini di Palestina, tidak berakar kuat kepada kesadaran memahami keabadian nilai dalam Taurat-Injil dan Al-Quran. Jika Manusia terus menerus nyaman dengan magnetisme kristal bumi yang kaku kemudian melupakan kemuliaan nilai-nilai langit, maka kita Yahudi-Nasrani-Islam telah melupakan Musa-Isa-Muhammad sekaligus melupakan Ibrahim/Abraham. Kita kemudian menjadi bahan tertawaan kelompok Atheis atau para ilmuwan yang tidak mengakui tuhan. Mereka terbahak sembari bertanya, apakah agama mengajarkan manusia untuk saling membunuh hanya untuk berkuasa? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun