Mohon tunggu...
Nourmaya Masyitha
Nourmaya Masyitha Mohon Tunggu... -

ordinary. unpretentious. mathematical student-teachers'

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

"Bintang-bintangnya, Wahai Anakku" -true story

20 Maret 2011   02:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:38 1352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Sabtu (19/03/11), Ustadz Mahadhir bercerita kepada kami tentang sejarah ilmu nahwu yang beliau dapat dari seorang Mesir yang kala itu sedang berkunjung ke universitasnya (LIPIA). Beliau memulai kelas dengan salam, pujian ada Allah, shalawat pada Rasulullah, dan kemudian berkata, "Hari ini saya punya cerita."

Sesaat kemudian semua penghuni kelas merespon penasaran.
"kalian tahu, siapa pencetus ilmu nahwu?" sambung beliau.
Kami pun berebutan menjawab, "ya, Abu Al Aswad Ad Duali. Beliau adalah seseorang yang hidup pada zaman khalifah Ali bin Abi Thalib." Ustadz memulai ceritanya.
"suatu hari, anak perempuan dari Abu Al Aswad Ad Duali ini berkata: مَا أَحْسَنُ السَّمَاءِ (Apakah yang paling indah di langit?). Dengan mengkasrohkan huruf hamzah di akhir kalimat yang menunjukan kalimat tanya. Kemudian sang ayah berkata: جُوْمُهَا يَا بُنَيَّةُ (Bintang-bintangnya, Wahai Anakku). Namun sang anak menyanggah: اِنَّمَا اَرَدْتُ التَّعَجُّبَ (Sesungguhnya aku ingin mengungkapkan kekaguman). Sang ayah menjawab: Kalau begitu, ucapkanlah مَا اَحْسَنَ السَّمَاءَ (Betapa indahnya langit) Dengan mem-fathahkan hamzah, bukan مَا أَحْسَنُ السَّمَاءِ (Apa yang paling indah di langit?)."
...
sumber lain menambahkan: Abul Aswad Ad-Duali ketika melewati seseorang yang sedang membaca al-Qur'an, ia mendengar sang qari membaca surat At-Taubah ayat 3 dengan ucapan, أَنَّ اللهَ بَرِىءٌ مِّنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُولِهُ Dengan mengkasrahkan huruf lam pada kata rasuulihi yang seharusnya di dhommah. Menjadikan artinya "...Sesungguhnya Allah berlepas diri dari orang-orang musyrik dan rasulnya.."
Hal ini menyebabkan arti dari kalimat tersebut menjadi rusak dan menyesatkan.

Seharusnya kalimat tersebut adalah, أَنَّ اللهَ بَرِىءٌ مِّنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُوْلُهُ "Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin."

...

Karena itulah Abu Al Aswad Ad Duali menjadi sangat khawatir. Anaknya yang hidup dengan ayah ibu yang pandai berbahasa arab, tinggal di arab, dan merupakan orang asli arab saja masih salah dalam mengungkapkan sesuatu, bagaimana dengan orang-orang setelahnya dan yang bukan orang arab? Akhirnya, beliau menyusun sebuah kaidah-kaidah bahasa arab. Setelah selesai, beliau menunjukkannya kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib. Ali pun berkata: اُنْحُ هَذَا النَّحْوَ (Buatlah yang semisal itu -pentj). Maka mulai saat itu, ilmu kaidah bahasa Arab dikenal dengan ilmu Nahwu, dari ucapan Ali "النَّحْوَ"."

Kami semua berdecak kagum, Subhanallah..

Setelah pelajaran Nahwu yang diampuh Ustadz Mahadhir ini usai, Ustadz Derys pun datang untuk memberikan pelajaran ta'bir. Seperti biasa, beliau memulai pembelajaran dengan puji-pujian kepada Allah dan shalawat pada Rasulullah. Mukadimah atau semacam pembukaan yang fuuuuul arabic, membuat kami cuma bisa diam antara mengerti dan tidak.

Ada hal yang sangat mengena juga dalam pelajaran beliau hari itu, dan ada kaitannya dengan cerita Abu Al Aswad Ad Duali di atas. Pelajaran ta'bir (ungkapan) kami kali ini bertema tentang "ﻋﻤﺮﻣﺮﻳﺾ" ('Umar Sakit). Alhasil, yang menjadi topik dalam pelajaran adalah tentang sakit, rumah sakit, dan penyakit. Ustadz Derys menyampaikan: "Waktu itu, teman ana (saya, -red) ada yang sakit, beliau dikirimi sms oleh temannya, bunyinya: Akhi, syafakallah syifa-an ajilan. (ajilan dengan "a" alif). Teman belliau pun membalas: Eh, antum mendoakan ana biar lama sembuh ya? ajilan di sms antum tidak pakai " 'ain".

Nah, jadi begini, kalau lah dia bilang, syifa-an 'ajilan itu artinya kesembuhan yang segera, tetapi dengan ucapan syifa-an ajilan itu artinya kesembuhan yang diakhirkan (yang lambat). Kata ﺍﻟﻌﺎﺟﻞ dan ﺍﻵﺟﻞ sangat bertolak belakang artinya." Beliau menjelaskan.

...

Maasya Allah. Begitulah. Pentingnya belajar Bahasa Arab. Begitu besar dampak yang ditimbulkannya. Sudah banyak literatur yang memaparkan urgensi belajar bahasa penghuni surga ini. Semoga bertambah kuat semangat dalam diri untuk mempelajarinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun