Mohon tunggu...
nourman hidayat
nourman hidayat Mohon Tunggu... -

buruh yang melayani rakyat

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengawal Orisinalitas Jokowi

5 Oktober 2014   20:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:17 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pasca penetapan MK terhadap hasil pilpres yang memenangkan jokowi dengan status 'zero' masalah, maka indonesia secara resmi memiliki presiden baru yang selanjutnya akan dilantik pada tanggal 20 oktober 2014.
Pelantikan ini menjadi awal mula seorang jokowi memiliki wewenang mengurus negeri ini, dan tentu saja mengurus diri kita dan juga agama kita, islam, sebagai agama terbesar di indonesia.
Kita patut bersyukur karena memiliki presiden yang senang blusukan dan kisahnya diceritakan hingga keluar negeri. Di negeri-negeri yang punya investasi di indonesia.
Senang atau tidak senang, photo jokowi dengan latar bendera indonesia akan terpampang di dinding sekolah dan kantor-kantor seluruh indonesia. Kebapakan, tegas, dan tidak menggemaskan.
Jokowi , sempurna.
Dia adalah tokoh ndeso yang mengubah wajah indonesia. Sederhana dan melayani. Melawan feodalisme.
Mendukung penuntasan korupsi yang akut.
Pernyataan jokowi bahwa diapun bisa bersikap tegas,
Semua itu adalah harapan takyat indonesia.
Tapi sebentar dulu, itu harapan 52 persen rakyat pendukung jokowi, yang sebagian nya adalah rakyat fiktif yang tak berwujud manusia.
Sejatinya, setengah dari indonesia tidak termakan propaganda indonesia hebat versi jokowi megawati, karena mereka tau indonesia hebat hanya bisa dilakukan oleh orang-orang sehat walafiat, bukan koruptor nomor satu indonesia yang gagal dalam komunikasi verbal dan lazim menghujam lawan politiknya dengan cacian dan hujatan.
Sebagian rakyat indonesia tak percaya oleh kampanye revolusi mental yang diusung oleh tokoh paling santun indonesia, anies bawedan. Karena disepanjang proses pencapresan, yang mereka gadang-gadangkan sebagai pemimpin indonesia, adalah pemimpin palsu dan penuh kepalsuan.
Setting pencitraan jokowi telah dilakukan jauh-jauh hari dengan mengorbankan akal sehat teman-teman saya yang elitis, kuliah tinggi-tinggi, sampai keluar negeri, lalu begitu nyaman saat diri mereka ditipu berulang-ulang, mencari pembenaran bahkan berusaha memahaminya sebagai cara menang pilpres yang paling elegan. Saya tidak bisa terima.
Mereka, teman-teman saya itu adalah asset bangsa, dulunya.
Fenomena 'nyaman tertipu' ini adalah sesuatu yang baru dan menjungkir balikkan peradaban abad 21 kembali ke abad kegelapan saat rakyat di eropah masih pakai goni untuk pakaiannya.
Saat raja-ratu dan putri mereka yang memiliki ribuan kamar tidur istana hanya memiliki satu dua kamar mandi saja. Mereka bangsawan berkutu menyimpan kutu mereka dalam kotak ukiran emas yang indah.
Tren di kalangan istana meski tak ada inovasi.
Dan itu alasan revolusi.
Ada juga gunawan muhammad, lelaki tua yang masih menyisakan kehancuran dalam tulisan- tulisannya. Menjadi kiblat bagi media bohong Tempo dan KBR 68 H jakarta, dan bapak kandung salihara tempat penyair sitok srengenge bebas perkosa mahasiswi disana. Bebas sebebasnya. Menjadi idola bagi mereka yang labil aktualisasi diri.
Bagi rakyat jokowi, tugas paling utama bukan melanjutkan caci maki dan hujatan menista. Tapi menjaga orisinalitas jokowi sebagaimana dia apa adanya saat kampanye;
Yang paling dekat dengan rakyat dan membela mereka saat miskin mendera; jujur dan sederhana. Suka naek bajaj dan makan sayur asem.
Yang memberantas korupsi meski menyerahkan lehernya atas keterlibatan dirinya dalam kasus transjakarta; juga BLBI kasus megawati, atau penjualan gas murah ke china.;
Bersikap tegas dan tak akan mencium tangan mama mega dan merendahkan bahu begitu rupa. Perbudakan moderen telah dihapus oleh abraham lincoln, dan kita jangan menghidupkannya kembali.
Menjadikan indonesia hebat dimata dunia. Bukan dikalangan pendukung saja.
Bangga rasanya punya presiden yang ditunggu-tunggu sejak di bandara.
Mendapat aplaus saat pidato kenegaraan di senat amerika.
Atau di sidang umum perserikatan bangsa-bangsa.
Seperti mandela, atau moersi atau erdogan.
Dan tak ada yg berani menghina.
Ya, mengawal orisinalitas jokowi itu berat. Butuh energi besar dan event organizer yang profesional.
Banda aceh, 5 oktober 2014
Follow @nourmanh on twitter | 749ef313

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun