Mohon tunggu...
Ela Nurlaela
Ela Nurlaela Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuluh Agama Islam Fungsional

Hanya manusia biasa

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Cinta Seorang Anak

15 Februari 2022   09:01 Diperbarui: 15 Februari 2022   09:07 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

"Cinta bagaikan energi yang dahsyat, mampu mengurai benang kusut dengan tarian yang indah menawan, bagaikan pelangi setelah badai menerpa, mampu menjadi oase dalam kehausan, penerang dalan gulita mengganti kelelahan dengan keceriaan"

Hari kembali berganti, dan pagi selalu datang dengan setia, menggantikan sang malam. Hari ini, aku kembali bersiap-siap mengantarkan anak kecil pergi sekolah. Anakku di usia yang tujuh tahun sudah duduk di bangku kelas dua Sekolah Dasar. Dia seorang anak yang ceria dan memiliki kecerdasan kinestetik. Seorang anak yang aktif dan tidak pernah mau diam. Keaktifannya selain dari fisik juga disertai dengan keaktifan lisan yang tidak tara. Selalu saja ada pembicaraan diantara kami, dan kegiatannya setiap hari diluar waktu belajar dan tidur dia habiskan dengan olah fisik, seperti main sepeda, lari-larian mengejar kucing, main bola (walaupun anak perempuan), main layangan dan lainnya. Seorang anak yang jarang sakit, dan tidak mudah mengeluh. Memiliki keinginan yang kuat tapi mudah untuk dialihkan saat keinginannya tidak atau belum terpenuhi.

Aku adalah seorang wanita yang terpaksa harus membiasakan mandiri, karena terkadang jarak dan waktu menjadi penghalang kebersamaan dengan suami. Hubungan jarak jauh ini memang mengajarkan arti kemandirian, dan usaha keras melampaui batas kemampuan yang dimiliki. Setiap hari saat sang kepala keluarga sedang jauh, kami terbiasa menghabiskan waktu berdua. Anak kami semenjak kecil sudah melihat bahwa kedua orangtuanya adalah pekerja, sehingga terbiasa ditinggal.

Anak kecil ini sejak usia dua tahun sudah dititipkan di Taman Penitipan Anak/Play Group. Masih sangat terasa, betapa lelahnya memaksa hati untuk meninggalkannya dalam keadaan menangis, disekolahkan lebih tepatnya dititipkan dari jam 7.00 pagi sampai dengan jam 16.30 sore. Terkadang ada hari dimana kondisi tidak selancar biasanya, anak kecil ini mengamuk tidak mau ditinggal, sedangkan pekerjaan pun tidak bisa ditinggalkan, maka dengan sangat terpaksa, aku membawa anakku ke kantor, dan tidak peduli dengan berbagai komentar dari yang lain.

Saat ini anak kecil ini sudah bersekolah di sekolah dasar yang berjarak agak jauh dari tempat kami tinggal. Setiap pergi dan pulang sekolah, anak ini lebih menyukai naik kendaraan roda dua, daripada roda empat. Saat hujan pun, anak kecil ini lebih memilih basah kuyup seluruh tubuh diguyur air hujan, daripada berteduh di atap mobil. Salah satu sikap terbaik darinya adalah selalu menikmati berbagai suasana dengan senyuman dan keceriaan.

Setiap hari kita keluar rumah dengan mempergunakan motor  membawa dua tas gendong yang besar dan lumayan berat. Satu tas yang berisi perlengkapan kerjaku, sudah nangkring di pundak, satu tas lagi yang berisi perlengkapan sekolah, digantungkan dibagian depan motor. Anak kecil itu terbiasa duduk didepan, walaupun tingginya sudah melampaui anak lain seusianya. Baginya duduk di depan, memberikan kenikmatan tersendiri, dan dia pun bahkan sudah lihai menghidup matikan lampu tanda belok kiri atau kanan, menghidupkan motor bahkan terkadang ikut mengatur kecepatan motor.

Seperti biasa, aku naik terlebih dahulu,kemudian anak kecil itu naik,dan saat itu dia tidak langsung duduk,tapi terus menggerak-gerakkan badan,serta kakinya. Aku bertanya:" kenapa nak? belum pas yaa duduknya". Dia menjawab:" iya bun tapi ga papalah, yang penting bunda udah pas". Aku pun bilang: "eh ga papa nak, ayo benerin dulu ajah". Kemudian aku lihat kakinya, ternyata kaki kanan nya terbelit tali tas, dan kaki kirinya belum bisa pas ditaruh di motor. 

Dia turun dulu,kemudian mendorong posisi tas kedepan, dan dia pindahkan kakinya kanan kiri tas, tapi lebih kedepan. Kemudian dia bilang:" kaki aku disini, kaki bunda dibelakang kaki aku, biar bunda senang, gak pegel". Masya Allah,aku terhentak, sebaik itu kau pada ibumu nak, memperhatikan sampai hal sekecil itu, dalam fikirannya sudah tergambar sebuah keinginan untuk memberi kenyamanan pada ibunya. Cinta serta kasih sayang pada ibunya dia gambarkan dalam sebuah kalimat yang sederhana, namun sangat membekas. Tak terasa air matapun menggenang di pelupuk mataku, dan dengan disertai doa naik kendaraan, kami pun memulai hari.

Terdapat banyak cerita tentang kisah cinta seorang anak pada ibunya,dan bagiku ada banyak bahasa cinta yang ditunjukkan anakku padaku. Cinta yang ditunjukkan dengan bahasa dan perilaku sederhana. Anak adalah investasi dunia dan akhirat. 

Pengikat yang kuat antara pasangan suami dan istri, serta membuat sebuah rumah menjadi lebih hidup dan ceria. Pengharapan orang tua terhadap anaknya tentu saja selalu menginginkan yang terbaik, akan tetapi terkadang kita lupa, bahwa anak adalah titipan dari Sang Khalik, yang juga diberikan keinginan yang terkadang berbeda. Mendapatkan anak yang terbaik, bukanlah sesuatu yang instan, tapi membutuhkan proses, ikhtiar dan perjuangan yang luar biasa, didalamnya terkadang ada airmata, keringat, suka dan duka. Anak terbaik berasal dari orang tua yang terbaik pula.

Anak yang merupakan anugerah dari kepada manusia yang dipilih-Nya, sekaligus juga adalah amanah yakni titipan yang harus dipergunakan dengan baik dan benar, karena kelak akan diminta pertanggungjawaban. Berbagai cara dilakukan oleh orangtua agar anaknya berkembang sesuai dengan harapan. Kenyataannya seringkali harapan tidak sesuai kenyataan, entah karena terhambatnya komunikasi atau minimnya pengetahuan kita selaku orang tua tentang tuntunan dan pedoman Islam dalam hal memperlakukan anak sesuai dengan proporsinya. Sebagaimana pengajaran yang disampaikan oleh Rasulullah bahwa ada dua hal potensial yang akan mewarnai dan membentuk kepribadian anak yakni orang tua yang melahirkannya dan lingkungan yang membesarkannya. Rasulullah saw bersabda:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun