Mohon tunggu...
Nur fatehah Wijiharjono
Nur fatehah Wijiharjono Mohon Tunggu... Administrasi - Menyukai isu sosial budaya keagamaan dan gender

Berguru dan bersyukur di setiap langkah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Moderasi Beragama yang Kadang Disalahpahami

11 Juli 2023   22:39 Diperbarui: 11 Juli 2023   22:46 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Narasi Moderasi Agama  sering menjadi bahan perbincangan baik di kalangan kaum intelektual, birokrat, sampai kalangan orang kebanyakan.

Moderasi Agama kadang bahkan menjadi perdebatan yang cukup seru bagi sebagian kalangan. Hal ini tak terlepas dari pemahaman orang tentang moderasi beragama itu sendiri.

Ada hal-hal yang kadang disalahpahami oleh sebagian orang berkaitan sikap Moderat dalam  Beragama. Moderat  beragama diartikan sebagai sikap  beragama yang berhadapan dengan pandangan konservatif. Sikap moderat sering dianggap sebagai sikap yang tidak sungguh- sungguh dalam mengamalkan ajaran agama.

Sikap moderat juga diartikan sebagai sikap yang kompromi terhadap keyakinan lain. Atau bahkan sikap moderat dianggap sikap seenaknya dan cenderung liberal dalam pengamalan agama. Sikap moderat dipandang tidak menjadikan agamanya sebagai jalan hidup ataupun tidak mempunyai sensitivitas, misalnya bila simbol agamanya direndahkan.

Mungkin anggapan ini sebagian masih ada dalam masyarakat. Sikap moderat dan toleransi dipandang  sebagai sikap yang tidak memegang teguh teks keagamaan atau kitab suci agamanya. Atau yang lebih keras, sikap moderat itu menggadaikan keyakinan demi menyenangkan pemeluk keyakinan orang lain.

Bahasa Indonesia (KBBI) menyediakan dua pengertian kata moderasi, yakni: 1. n pengurangan kekerasan, dan 2. n penghindaran keekstreman. Jika dikatakan, "orang itu bersikap moderat", kalimat itu berarti bahwa orang itu bersikap wajar, biasa-biasa saja, dan tidak ekstrem.

Sedangkan dalam bahasa Arab, moderasi dikenal dengan kata wasath atau wasathiyah, yang memiliki padanan makna dengan kata tawassuth (tengah-tengah), i'tidal (adil), dan tawazun (berimbang). Orang yang menerapkan prinsip wasathiyah bisa disebut wasith. Dalam bahasa Arab pula, kata wasathiyah diartikan sebagai "pilihan terbaik". 

Apa pun kata yang dipakai, semuanya menyiratkan satu makna yang sama, yakni adil, yang dalam konteks ini berarti memilih posisi jalan tengah di antara berbagai pilihan ekstrem. Kata wasith bahkan sudah diserap ke dalam bahasaIndonesia menjadi kata 'wasit' yang memiliki tiga pengertian, yaitu: 1) penengah, perantara (misalnya dalamperdagangan, bisnis); 2) pelerai (pemisah, pendamai) antara yang berselisih; dan 3) pemimpin di pertandingan.(Moderasi Beragama, Kemenag RI :2019)

Bila melihat Indonesia sebagai bangsa yang multi plural, dari etnik, suku bangsa, bahasa, adat istiadat, agama, kebudayaan, pilihan partai, dan lainnya, kondisi ini adalah sebuah takdir.

Keadaan yang penuh keragaman dan kekayaan tersebut sudah menjadi keniscayaan. Ia tak dapt ditolak dan dihindari, namun patut menjadi suatu yang mesti disyukuri. Oleh karena itu harus kita jaga sebaik-baiknya.

Moderasi beragama hadir untuk menciptakan keseimbangan dalam kehidupan beragama. Sebuah keseimbangan sangat diperlukan, tentu untuk memelihara agar tidak terjadi konflik dan gesekan yang menimbulkan disintegrasi bangsa.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun