Mohon tunggu...
Veronika Ikka
Veronika Ikka Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Senang membaca, senang menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wahai Pengendara Motor di Jakarta…

20 April 2015   10:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:53 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="644" caption="mewarnai.us"][/caption]

Hampir menjadi kejadian yang biasa ketika melihat pengendara motor di Jakarta saling menyalip kendaraan, berjalan terus ketika jalanan sepi padahal TL masih berwarna merah, melawan arus karena malas putar arah dan tidak sedikit juga pengendara motor yang memilih berjalan diatas trotoar demi menghindari kemacetan.

Sebagai orang yang biasa duduk di jok belakang alias dibonceng, saya hampir selalu melihat kejadian seperti yang saya sebutkan diatas. Tidak heran jika sering terjadi adu mulut antar sesama pengguna jalan karena urusan yang satu ini. Pengguna jalan yang satu berbaik hati (mungkin dicampur rasa kesal) memberi tahu tentang kesalahan si pengguna jalan, sedangkan yang salah diberi tahu malah merasa paling benar sehingga tidak mau disalahkan.

Seperti kejadian yang saya lihat pada hari Kamis, 16 April 2015 yang lalu. TL Pasar Minggu (Ragunan) memang terkenal lama, tidak heran jika berimbas pada kemacetan dikarenakan kepadatan volume kendaraan. Pada saat itu, ada seorang penjual jamu gendong berjalan di trotoar (depan Kementrian Pertanian RI), berjalan beberapa langkah lalu berhenti sejenak untuk membenarkan kain pada bakulnya. Kasihan sekali melihatnya, kepanasan dan harus memikul beban yang cukup lumayan di punggungnya. Sayangnya, mungkin hanya saya yang merasa kasihan pada penjual jamu gendong tersebut, karena ketika si penjual jamu tersebut sedang berjalan di trotoar, seorang pengendara motor nakal malah berjalan di atas trotoar dan membunyikan klakson kearah si penjual jamu gendong tersebut. Maksudnya agar si penjual jamu gendong itu memberi jalan kepada si pengendara motor. Rasanya kesal sekali ketika melihat kejadian ini. Sudah melanggar ditambah bukan haknya untuk berjalan di trotoar , kok ya masih maksa minta dikasih jalan..

Begitu pula dengan pagi ini, masih di daerah yang sama. Pengendara motor banyak yang naik ke trotoar demi terbebas macet dan lolos dari TL dengan cepat, padahal baru jam 6 pagi. Bisa dibayangkan, bagaimana nasib trotoar yang dikhususkan bagi pejalan kaki ketika jam 7 atau jam 8 pagi. Pokoknya, kalau sudah ada satu pengendara yang melintas diatas trotoar, pengendara motor yang lainnya dengan suka rela ikutan-ikutan “konvoi” dibelakangnya.

Wahai pengendara motor di Jakarta, cobalah ralakan kakimu untuk menapak di trotoar beberapa langkah dan apa yang kamu rasakan ketika kamu sedang berjalan lalu ada pengendara motor yang menglaksonimu terus-menerus sampai ia bisa lewat?

Wahai pengendara motor di Jakarta, cobalah gunakan sedikit akal dan hatimu untuk tidak menyusahkan sesama manusia, khususnya sesama pengguna jalan..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun